Pandemi Covid-19 bukanlah hal yang mudah bagi dunia bisnis di seluruh dunia. Lockdown membuat beberapa operasional bisnis terhambat. Dan tidak sedikit pun juga yang akhirnya justru gulung tikar karena tidak bisa melanjutkan operasional bisnis. Meskipun, ada beberapa perusahaan juga yang akhirnya bisa beradaptasi dan justru diuntungkan karena adanya pandemi ini. Misalnya Saham BTPS.
Industri keuangan sebagai backbone ekonomi nasional pun terdampak signifikan karena situasi Covid-19. Hingga kemudian, sebagian besar debitur perbankan mengalami penurunan kemampuan pembayaran cicilan akibat terdampak pandemi.
Namun, beruntung beberapa bank bisa survive dan kembali pulih kinerjanya memasuki tahun 2022 ini. Salah satu bank syariah yang kinerjanya cukup resilien adalah saham BTPS. BTPS menjadi salah satu dari 4 bank syariah yang listing di bursa. Sekaligus menjadi bank yang cukup profitable di bursa. Sebelumnya kami sudah pernah membahas kinerja BTPS di artikel sebelumnya. Anda bisa membacanya disini.
Lalu, bagaimana update kinerja Saham BTPS hingga semester I 2022 ini. So, stay tune hingga akhir artikel ya.
Memasuki 1H 2022 ini, BTPS mulai menunjukkan recovery. BTPS berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 2.6 Triliun di 1H 2022, naik 12% dibandingkan 1H 2021 yang sebesar Rp 2.3 Triliun. Kinerja yang cukup impresif dan menunjukkan tanda pemulihan debitur BTPS. Menariknya, ditahun sebelum pandemi kinerja BTPS bisa lebih baik dengan konsisten membukukan pertumbuhan >15%. Sehingga, kita bisa berharap BTPS kedepan akan kembali ke angka pertumbuhan yang pernah diraih ketika pra-pandemi.
Dari segi laba bersih, BTPS juga menorehkan kinerja yang impresif. Laba bersih di 1H 2022 sebesar Rp 856 Miliar, naik 11.3% dibandingkan 1H 2021 yang sebesar Rp 769 Miliar. Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan pendapatan yang ditorehkan oleh BTPS. Hal ini juga membuat ROE dari BTPS masih terjaga di angka 22,9%, masih unggul dibandingkan bank besar lain seperti BRIS (15%). Sebelumnya, ROE BTPS bahkan pernah mencapai angka 28%.
Pertumbuhan Kredit Mulai Melaju Kembali
Kinerja pendapatan dan laba bersih yang impresif tidak lepas dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan saham BTPS. Sampai Q2 2022, total nilai pembiayaan murabahah BTPS sebesar Rp 11,1 Triliun, tumbuh 11% dibandingkan Q2 2021 yang sebesar Rp 10,1 Triliun.
Pandemi covid-19 membuat pertumbuhan pembiayaan BTPS sempat terhambat karena segmen pra sejahtera yang cukup rentan terdampak ketika ekonomi melemah. Namun, memasuk semester I 2022 ini, segmen pra sejahtera yang menjadi target pembiayaan BTPS mulai mengalami pemulihan. Harapannya, dengan semakin membaiknya perekonomian Indonesia dan tidak adanya kebijakan lockdown atau PPKM, pertumbuhan pembiayaan bisa kembali bertumbuh double digit.
Ratio-Ratio Perbankan Yang Ciamik
Dalam menganalisa bisnis perbankan, kita juga perlu memantau rasio-rasio keuangan tertentu dalam menilai kinerjanya. Yang pertama, rasio BOPO yang membandingkan beban operasional dengan pendapatan operasional BTPS. Semakin rendah berarti semakin baik. Sedangkan CIR (Cost to Income Rato), rumusnya sama dengan BOPO. Namun dalam CIR, beban CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Terlihat rasio CIR dan BOPO masih stabil diangka 39% dan 57%. Yang menandakan kegiatan beban operasional BTPS masih tetap terjaga dengan baik dan stabil mengikuti pendapatan operasional.
Kemudian, rasio selanjutnya adalah NPF gross yang menghitung berapa persen pembiayaan yang bermasalah atau menunggak > 90 hari dibandingkan total nilai pembiayaan. NPF Gross BTPS masih berhasil di pertahankan diangka 2,5%. Hasil yang cukup impresif jika melihat segmen pra sejahtera yang sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. Angka ini juga masih dibawah standar dari OJK yang sebesar 5%.
Sedangkan NPF Net (pembiayaan yang menunggak > 180 hari) hanya sekitar 0.2% saja. Ini menunjukkan resiliensi bisnis BTPS dikala masa sulit pun masih bisa mempertahankan kinerja bisnisnya.
Loan Provision Coverage yang menghitung berapa persen CKPN yang disisihkan BTPS untuk mengcover pembiayaan bermasalah juga tergolong sangat baik. Manajemen BTPS sudah menyiapkan 236% dari total pembiayaan bermasalah BTPS. Sehingga, BTPS sendiri sudah sangat siap jika kedepan akan ada pembiayaan yang macet dan tidak harus menyisihkan banyak CKPN di tahun mendatang. Sehingga, tidak menggerus laba bersih BTPS kedepannya.
BTPS Mendirikan Anak Usaha Modal Ventura Syariah
Salah satu langkah menarik saham BTPS di tahun ini adalah BTPS telah resmi membentuk anak usaha yang bergerak sebagai modal ventura (atau istilah kerennya VC) yang berbasis syariah. BTPS bersama dengan induknya, BTPN memegang saham dari BTPS Ventura ini. Hal ini merupakan upaya dari BTPS untuk mempercepat pembentukan ekosistem digital syariah.
Sebagai langkah awal, BTPS Ventura telah berinvestasi sebesar $6,6 juta untuk pendanaan Pra-Seri B di startup rural e-commerce, Dagangan. Dagangan sendiri merupakan startup yang fokus menyediakan platform untuk menghubungkan antara pedagang atau pemilik toko di daerah/desa ke pemilik toko yang lebih besar yang di kota. Harapannya, dengan kolaborasi antara dagangan dan BTPS yang memiliki ekosistem pembiayaan pada masyarakat pra sejahtera akan meningkatkan potensi pendapatan dari kedua belah pihak.
Bagaimana, setelah mengetahui update kinerja BTPS terbaru, apakah tertarik untuk masuk ke saham ini? Sharing pendapatmu soal BTPS di kolom komentar, ya.
Untuk kamu yang ingin mendaptkan insight soal keuangan dan investasi kunjungi akun @berduit.
Jangan lupa cek saham kamu di : https://syariahsaham.id/cek-saham-syariah/