Taper Tantrum Jangan Bikin Tantrum

by Minsya
3 minutes read

Baru-baru ini sering denger dong istilah taper tantrum. Apa sih taper tantrum? kenapa The Fed menaikkan suku bunga? apa dampak yang mungkin terjadi pada bursa saham kita?

Sebelum kita bahas hal diatas, kita bagi siklus ekonomi secara singkat pada kondisi saat ini.

Masa Krisis

Sejak mewabahnya virus covid-19, ekonomi seluruh dunia terganggu. Bisa dirasakan di Indonesia sendiri banyak perusahaan gagal bayar, pegawai diPHK, kredit macet meningkat, masyarakat kesulitan keuangan, angka kemiskinan bertambah.

Masa Pemulihan

Pemerintah Amerika tentu tidak tinggal diam. Mereka melakukan yang namanya stimulus ekonomi dengan cara memberikan dana kepada masyarakat, klo di Indonesia mungkin bisa dbilang BLT-bantuan langsung tunai-, yang jumlahnya secara total tidak kurang dari 6 Trilyun USD (fyi, PDB Indonesia 1thn saja sekitar 1 Trilyun USD).

Pertanyaannya dari mana uang sebesar 6 Trilyun tersebut? Ya, The Fed melakukan cetak uang dalam skala besar. Mereka berharap, dengan memberikan bantuan tersebut, maka kegiatan ekonomi akan kembali berjalan. Tidak hanya itu, pemerintah pun membeli aset berupa bond/obligasi perusahaan sehingga perusahaan juga punya dana untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya. Jadi tidak hanya masyarakat namun perusahaan pun mendapatkan dana stimulus tadi.

Satu lagi yang tidak kalah penting, mereka menurunkan suku bunga mendekati 0% tujuannya agar dana yang sudah diberikan tidak disimpan di Bank namun dibelanjakan dan/atau dipakai usaha sehingga roda ekonomi bisa berjalan normal kembali.

taper tantrum

Apa saja dampak kebijakan tersebut?

Pertama, bagi masyarakat menengah keatas tentu bunga 0% sudah sangat tidak menarik, apalagi mereka sudah lebih “melek” investasi sehingga ada kemungkinan dana mereka akan dialokasikan ke instrumen keuangan yang lebih menguntungkan salah satunya bursa saham baik lokal maupun ke emerging market termasuk indonesia.

Kedua, sesuai hukum ekonomi yang kita pelajari di bangku sekolah, apabila jumlah uang yang beredar semakin banyak maka akan timbul inflasi. Nilai mata uang turun, harga barang akan naik. Dari sinilah banyak yang memprediksi terjadinya comodity supercycle.

Dampak Yang Mungkin Terjadi

Dampak stimulus pada jangka pendek tersebut tentunya sudah dapat diperkirakan oleh The Fed, oleh karena itu apabila ekonomi sudah membaik dan inflasi yang tinggi bukan hal yang nyaman buat suatu negara maka tinggal tunggu waktu saja stimulus akan dihentikan dan The Fed akan menaikkan suku bunga. Inilah yang disebut taper tantrum.

Kenaikan suku bunga tersebut bisa menarik kembali dana-dana yang sudah diinvestasikan di emerging market (salah satunya IHSG) karena buat mereka investasi di emerging market lebih beresiko, sehingga ada peluang IHSG akan terkoreksi.

Namun..kenaikan suku bunga tersebut tidak serta merta dilakukan dalam satu waktu. Secara historical perlu 1 sampai 2 tahun untuk kembali ke suku bunga normal.

Beberapa hari lalu IHSG sempat turun -2% dan mulai muncul berita taper tantrum, sebaliknya justru saat itu pelaku pasar asing tercatat net buy 300 Miliar, bisa jadi pelaku pasar lokal yang melakukan panic selling atas isu tersebut.

Lalu apa yang harus dilakukan? Fokus pada emiten (bottom up analysis), amati perilaku pasar asing, amati potensi penguatan USD terutama bagi emiten yang memiliki pinjaman USD namun pendapatannya Rupiah dan sebagai investor tentu harus punya timeframe jangka panjang agar tidak mudah terbawa isu dan naik turunnya harga saham jangka pendek.

Ario Fatoni, pernah menjadi karyawan bank 9 tahun di unit CFO dan memutuskan resign untuk menjadi entrepreneur serta mulai fokus mendalami value investing di pasar modal syariah.

You may also like

Leave a Comment

-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00