Seni Berinvestasi, Menilai GCG Perusahaan

by Minsya
9 minutes read

“Investing is more art than science”, itu yang dikatakan oleh Howard S. salah satu investor saham dari Amerika. Boleh setuju, boleh tidak. Bahkan ada juga yang mengatakan “investing is an art, NOT science”. Saya sendiri lebih condong pada pendapat yang pertama bahwa investasi lebih banyak seni ketimbang hanya menghitung valuasi.

Dalam value investing ada 2 metode utama yang menjadi dasar penilaian suatu saham yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Keduanya tidak bisa dipisahkan, cacat pada satu sisi bisa berarti menambah faktor resiko investasi. Membeli saham hanya karena valuasinya murah bisa membuat kita terjebak pada value trap. Murah saja tidak cukup, harus murah (atau setidaknya wajar) dan Bagus.

Salah satu seni dalam berinvestasi saham adalah seni menilai GCG (Good Corporate Governance) perusahaan. Disebut seni karena tidak ada rumus baku untuk menilai GCG. Sama halnya ketika menilai kecantikan/keindahan seseorang, semua punya standar masing-masing sehingga sifatnya sangat relatif. Ketika seseorang mengatakan “Dia sangat cantik”, maka akan ada yang berpendapat lain “Dia cukup cantik”, “Dia biasa saja” atau “Saya tidak tertarik sama sekali”.

Sebelum kita bahas beberapa cara menilai GCG suatu emiten, saya ingin memberikan ilustrasi seberapa pentingnya GCG dalam penentuan investasi pada suatu saham.

Usaha Kedai Kopi

Mari bayangkan kita memiliki usaha sebuah kedai kopi. Sebagai owner idealnya kita tidak perlu terlalu sering berada di kedai kopi, namun sesekali bolehlah kita melihat langsung pekerjaan pegawai sambil mengawasi dan memastikan usahanya berjalan lancar, pengunjung yang ramai, ruangan bersih dan dekorasi yang tertata rapi. Dengan kata lain owner bisa memiliki lebih banyak waktu, menghabiskan waktu bersama keluarga, jalan-jalan, melakukan hobi dan tinggal menunggu setoran hasil usaha tiap minggu/bulan. Setidaknya itulah bayangan yang sangat ideal bagi saya pribadi.

Coba bayangkan kembali hal diatas namun dengan adanya keragu-raguan kita terhadap kompetensi dan integritas pegawai, apa yang mungkin akan terjadi? Bukannya menghabiskan waktu bersama keluarga tapi kita akan lebih sering berada di samping bartender untuk mengawasi apakah kopi racikannya sudah sesuai standar atau belum. Mengamati tiap sudut meja, kursi dan lantai khawatir cleaning service kurang sigap menghadang noda dan debu. Tidak lupa kasir yang menerima pembayaran langsung dari customer, apakah harga yang tertera sudah sesuai dan uang kembaliannya sudah pas. Selalu saja ada kekhawatiran apabila kita tidak yakin dengan kompetensi maupun integritas pegawai, bahkan jika sebenarnya kompetensi dan integritas pegawai sudah tidak diragukan lagi. Walhasil jadilah kita owner plus manager harian.

Semoga ilustrasi diatas bisa menggambarkan seberapa pentingnya kepercayaan kita sebagai owner terhadap pegawai. Entah kompetensinya, integritasnya, atau ada hal lain yang membuat kita tidak tenang meninggalkan tempat usaha.

Semoga ilustrasi diatas bisa menggambarkan seberapa pentingnya kepercayaan kita sebagai owner terhadap pegawai. Entah kompetensinya, integritasnya, atau ada hal lain yang membuat kita tidak tenang meninggalkan tempat usaha.

Lalu bagaimana dengan investasi saham? Berapapun jumlah lot yang kita miliki, kita adalah satu dari ratusan, ribuan bahkan jutaan pemilik perusahaan. Dan kita sebagai mayoritas investor ritel dengan kepemilikan 0,000..1% jelas tidak bisa melakukan apa-apa selain menyerahkan segala kegiatan usaha pada manajemen. Ragu terhadap manajemen sama halnya dengan ilustrasi kedai kopi di atas, kita tidak akan tenang memegang saham dalam jangka panjang.

Menilai GCG Perusahaan

Menilai GCG Perusahaan

Ingat, tidak ada yang rumus pasti dalam hal ini. Namun ada beberapa hal yang biasa saya amati saat mengintip GCG perusahaan.

  1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah salah satu bentuk komunikasi antara manajemen dengan shareholders. Oleh karena itu laporan keuangan seharusnya detail, informatif dan mudah dibaca. Ada kalanya saat mendownload Laporan Keuangan, yang ditemukan justru Laporan Keuangan hasil scan dengan kondisi buram, tidak jelas bahkan miring tak beraturan. Ada pula emiten yang tidak mencantumkan informasi nomor catatan kaki sehingga pembaca harus mencari catatan kaki satu per satu. Ada pula emiten yang kurang detail membuat rincian pendapatan lain-lain terutama bila pendapatan lain-lain cukup besar nominalnya.

    2. Laporan Tahunan

Yuk kenalan dengan jajaran komisaris dan direksi. Hal pertama yang biasanya dibaca adalah sambutan komisaris utama dan sambutan direktur utama. Sambutan komisaris utama biasanya menggambarkan kondisi ekonomi secara global lalu menjelaskan kaitannya dengan kondisi bisnis perusahaan secara umum, sedangkan direktur utama tentu lebih mendetail menjelaskan masalah yang dihadapi perusahaan serta strategi penyelesaiannya. Tak lupa pandangan terhadap masalah yang mungkin akan dihadapi tahun depan serta strategipun dibahas. Dari sini kita bisa sedikit melihat seberapa optimis manajemen terhadap bisnisnya di masa yang akan datang, salah satunya dari target yang akan dicapai di tahun berikutnya serta rencana jangka panjang perusahaan.

Jangan telan mentah-mentah target yang diberikan, silakan cek dulu target di tahun-tahun sebelumnya apakah manajemen bersikap ambisius atau konservatif? Apakah targetnya selalu tercapai?

Bagian yang tak kalah penting pada Laporan Tahunan adalah Analisa Pembahasan Manajemen. Pelajari model bisnis perusahaan, analisa secara detail bisnis apa saja yang dilakukan perusahaan baik barang maupun jasanya. Apa barang/jasa unggulannya, siapa target marketnya, siapa kompetitornya dan klo perlu cari berapa perkiraan market sharenya. Lakukan Analisa SWOT sederhana dengan mencatat Strength & Weakness (Faktor Internal) juga Opportunity & Threat (Faktor Eksternal). Dari sinilah kita bisa mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Nilai tukar rupiah, suku bunga, cuaca, harga bahan bakar, harga bahan baku, tarif transportasi, dll. Dengan melakukan analisa SWOT maka kita akan lebih mudah menyaring informasi dari berbagai media, mana informasi yang berdampak positif/negatif bagi perusahaan lalu apakah berdampak secara langsung/tidak langsung atau tidak berdampak sama sekali sehingga bisa kita abaikan.

Terakhir, tidak lupa mencoba mencari tahu tentang background direktur utama. Pengalaman di bagian operasional/bisnis lebih saya suka daripada bidang lainnya karena biasanya lebih agresif apalagi jika perusahaan memang sedang melakukan ekspansi.

     3. Public Expose

Public Expose adalah pemaparan perusahaan kepada publik untuk menjelaskan kinerja serta informasi lainnya terkait perusahaan, dilakukan minimal 1 kali dalam setahun. Yang paling seru dalam Pubex adalah tanya jawab antara audience dengan manajemen. Pertanyaan terkait strategi dan kebijakan perusahaan serta optimisme pencapaian target selalu jadi bahan diskusi yang menarik. Hal ini bisa menggambarkan prospek dan view perusahaan serta mengamati bagaimana manajemen menjawab pertanyaan audience dengan spontan. Sedikit-banyak tentu kita bisa menilai karakter manajemen.

     4. Pembelian Saham Oleh Manajemen / Owner

Pembelian saham oleh manajemen/owner bisa jadi satu tanda positif bahwa manajemen/owner yakin akan kinerja perusahaan kedepan. Bagaimana tidak, mereka sendiri yang mengatur strategi, kebijakan dan menjalankan bisnis. Merekalah orang dalam yang paling mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan tantangan seperti apa yang akan mereka hadapi kedepan. Bukan hanya keyakinan terhadap kinerja, tapi juga terhadap valuasi perusahaan di masa depan. Percayalah mereka tidak membeli untuk jangka pendek, mereka adalah investor yang sekaligus menjadi nahkoda yang menentukan arah perusahaan kedepan.

Selain aktivitas pembelian, perlu diperhatikan juga kepemilikan saham oleh pengendali. Tentu tidak ada standar persentase nilai ideal yang dimiliki pengendali. Kepemilikan saham yang cukup besar oleh pengendali akan menjadikan saham tidak liquid, namun apabila kepemilikan masyarakat lebih besar dari pengendali apakah mereka tidak percaya lagi akan prospek perusahaan kedepan?

Daftar Pertanyaan

Dari beberapa poin diatas, kita bisa membuat rangkuman pertanyaan singkat untuk menilai seberapa baik GCG Perusahaan.

  1. Apakah Laporan Keuangan yang disampaikan cukup baik, mudah dibaca dan dipahami?
  2. Apakah rutin merilis Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan tepat waktu?
  3. Apakah rutin melakukan Public Expose dan RUPS?
  4. Apakah pernyataan yang disampaikan manajemen sesuai dengan kenyataannya?
  5. Apakah manajemen jujur dan percaya diri menjawab pertanyaan audience?
  6. Apakah manajemen pernah memiliki track record “buruk” dalam melaksanakan kewajiban? Bagaimana penyelesaiannya?
  7. Apakah manajemen memiliki saham perusahaan? Bertambah atau berkurang jumlahnya?

Semua pertanyaan diatas pastinya tidak bisa membuat Anda atau saya sendiri yakin 100% terhadap GCG Perusahaan. Selalu saja ada ruang ketidakpastian dalam berinvestasi. Semakin dalam menganalisa bisnis dan mengenal karakter manajemen maka akan membuat kita yakin dan semakin tenang berinvestasi saham jangka panjang. Biarkan manajemen melakukan tugasnya sebagai pelaku bisnis dan kita sebagai investor adalah pengamat bisnisnya. Selamat berinvestasi.

Disclaimer : Jangan takut ketinggalan kereta, karena berada di kereta yang salah jurusan akan lebih menakutkan lagi. Artikel ini dibuat untuk tujuan edukasi, tidak ada anjuran menjual / membeli. Silakan analisa lebih dalam sebelum memutuskan. Your money, your responsibility.

Ario Fatoni, pernah menjadi karyawan bank 9 tahun di unit CFO dan memutuskan resign untuk menjadi entrepreneur serta mulai fokus mendalami value investing di pasar modal syariah.

You may also like

Leave a Comment

-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00