Bodrex, Oskadon, Bodrexin, Hemaviton, Neorheumacyl, Vidoran, Marina, S.O.S, My baby. Pasti bukan nama-nama asing ditelinga kita. Iklannya sering sekali muncul di televisi kita. Tapi tahukah anda jika nama-nama brand tadi merupakan portofolio produk dari PT Tempo Scan Pasific Tbk. yang sudah listing di bursa saham? Lalu, bagaimana kinerja perusahaannya? Dari sekian banyak produk Tempo, manakah produk yang paling laris dipasar? Simak terus tulisan ini sampai habis ya.
PT Tempo Scan Pacific Tbk. (Kode emiten: TSPC) dan entitas anaknya adalah bagian dari grup usaha swasta nasional Grup Tempo yang telah memulai usaha perdagangan produk farmasi sejak tahun 1953. TSPC yang kita kenal sebagai perusahaan farmasi juga memproduksi dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dan kosmetik mulai tahun 1977.
Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan saham-sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek Indonesia/BEI (dahulu Bursa Efek Jakarta/BEJ).
Saat ini, TSPC dimiliki 80,44% sahamnya oleh PT Bogamulia Nagadi dan sisanya 19,56% dimiliki oleh masyarakat.
TSPC memiliki cukup banyak entitas anak baik yang dimiliki langsung maupun tidak langsung. Manajemen membagi empat Divisi Usaha Inti TSPC, yaitu Divisi Farmasi, Divisi Produk Konsumen dan Kosmetik, Divisi Manufaktur dan Divisi Distribusi serta Divisi Penunjang.
Bisnis Model
Struktur grup yang dimiliki oleh Tempo sangatlah kompleks. Mereka menguasai hampir semua proses value chain dari mulai dari produksi, marketing, distribusi dan penelitian & pengembangan. Kecuali bahan baku dan sebagian produk jadi masih membeli dari pemasok lokal dan luar negeri. Ini merupakan kelebihan tersendiri bagi grup Tempo, karena semua berada dalam kendali mereka.

Selain memproduksi produk mereka sendiri, TSPC menjadi prinsipal bagi obat-obatan yang khusus dijual di apotek, memproduksi obat-obatan yang kemudian dijual ke perusahaan farmasi lain, dan menjadi pemegang lisensi bagi beberapa merk obat yang diproduksi oleh perusahaan farmasi luar negeri.
TSPC sangat diuntungkan karena mereka memiliki perusahaan distribusi sendiri dan memiliki jaringan yang cukup luas. Berdasarkan data public expose 2020, jaringan distribusi Tempo grup mencakup 176 lokasi yang terdiri dari 49 kantor cabang dan 127 sales point yang tersebar di seluruh Indonesia ditambah 7 DC (Distribution Center). Jumlah armada yang dimiliki terdiri dari +/- 871 kendaraan roda 2 dan +/- 563 kendaraan roda 4/6/10/12. Luas sarana distribusi di seluruh indonesia mencapai 107.000 m2.
Baca Juga : KEJU! Emiten Gak Likuid Kinerja Mantap
Analisa Kuantitatif
Pertumbuhan penjualan TSPC dari 2013 – 2020 hanya bertumbuh CAGR sebesar 6%. Laba bersih tumbuh sebesar 3%. Pada tahun 2016, TSPC dan beberapa entitas anak tertentu melakukan restrukturisasi perusahaan. Sehingga, sampai dengan Maret 2021, TSPC masih menanggung beban restrukturisasi. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan laba bersih TSPC lebih kecil dibandingkan penjualan.
Selanjutnya, mari kita lihat graifk ROE dan ROIC untuk dari tahun 2014 – 2020 dibawah.

Dari tahun 2014 – 2018 ROE dan ROIC TSPC mengalami penurunan. Penurunan ini akibat adanya penurunan laba bersih sepertinya yang sudah diuraikan diparagraf sebelumnya. Baru pada tahun 2019 dan 2020 ROE dan ROIC TSPC berangsur-angsur kembali naik seiring dengan membaiknya NPM dan penambahan utang berbunga.
Berbeda dengan perusahaan yang sudah kita bahas sebelumnya, ratio ROIC TSPC lebih besar dari ROE. Ini akibat kas yang menumpuk sebesar 30% dari total aset TSPC. Perusahaan yang memiliki kas terlalu besar akan mengurangi nilai ROE karena kas yang ditaruh di bank hanya memberikan imbal hasil sebesar 3 – 5%. Lebih kecil dibandingkan jika kas diinvestasikan ke operasional perusahaan yang bisa memberikan imbal hasil yang lebih besar.
Growth Driver
Dengan banyaknya portofolio produk yang dimiliki TSPC, menarik untuk kita bedah kontribusi dari setiap produknya. TSPC membagi pendapatan kedalam 3 segmen, yaitu farmasi, produk konsumen dan kosmetik serta jasa distribusi. Segmen produk konsumen dan kosmetik menjadi growth driver TSPC dan kontributor laba kotor yang lebih besar dibanding segmen lain. Lalu, produk apa yang mendorong segmen ini terus bertumbuh?
Jika kita membaca laporan tahunan TSPC, penyumbang utama pertumbuhan penjualan di segmen ini adalah kelompok produk konsumennya. Di tahun 2019, pertumbuhan produk konsumennya meningkat 13%. Masih di tahun yang sama konstribusi produk konsumen juga lebih dominan dibanding produk kosmetik, yaitu sebesar 70,8%.
Jika kita membaca laporan tahunan TSPC, penyumbang utama pertumbuhan penjualan di segmen ini adalah kelompok produk konsumennya. Di tahun 2019, pertumbuhan produk konsumennya meningkat 13%. Masih di tahun yang sama konstribusi produk konsumen juga lebih dominan dibanding produk kosmetik, yaitu sebesar 70,8%.
Produk barang konsumen TSPC dibagi dalam beberapa kategori, yaitu Personal Care, Skin Care, Personal Hygiene dan Home care. Di tahun 2019, kategori Skin Care mampu tumbuh signifikan sebesar 11% dalam nilai rupiah yang didukung oleh pertumbuhan volume sebesar 5%. Ini menunjukkan brand equity yang kuat dari produk dalam kategori Skin Care TSPC.
Produk Baby Care & Kids penjualannya meningkat cukup signifikan sebesar 17,7% dari tahun 2018. Produk My Baby toiletries yang menjadi salah satu brand yang cukup kuat dan menjadi pemimpin pangsa pasar sebesar 29,6% di tahun 2019.
Kontributor utama pertumbuhan penjualan neto My Baby adalah rangkaian produk herbal Minyak Telon Plus yang secara signifikan meningkat sebesar 19,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana rangkaian produk tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan pangsa pasarnya dan memimpin posisi pangsa pasar yang sangat signifikan.
Brand Marina yang merupakan rangkaian produk Hand & Body Lotion (HBL) salah satu brand inti dari TSPC, total penjualannya masih meningkat sebesar 8,5% pada tahun 2019. Selain itu, penyumbang penjualan neto terbesar Marina adalah yang terus memimpin dan menguasai 30,4% pangsa pasar dalam volume sehingga memperkuat posisi pemimpin pasar dalam kategori HBL ini.
Pertimbangan Sebelum Membeli
Bisnis TSPC sudah memasuki tahap mature sehingga pertumbuhan kedepan akan moderate (<10%). TSPC cukup rentan terkena dampak kurs rupiah karena mereka membeli beberapa bahan baku dari luar negeri. Selain itu, kenaikan upah buruh juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Apakah kenaikan upah buruh bisa diteruskan ke harga jual produk atau tidak. Penurunan angka GPM diwaktu mendatang sangat mungkin terjadi.
Dari sisi likuiditas di pasar saham, TSPC termasuk kurang likuid. Market cap 6,61 T dan volumenya harian termasuk kecil. Nampaknya, pemegang saham pengendali enggan untuk melepas saham ini sehingga tidak banyak transaksi yang terjadi. Namun, jika anda investor dengan holding periode yang panjang (> 5 tahun) hal ini bukanlah sebuah resiko. Apalagi TSPC ini rajin bagi deviden setiap tahun dengan rata-rata DPR 35%.
Bagaimana pendapat anda? Apakah saham TSPC layak beli atau tidak? Silahkan sampaikan pendapat anda di kolom komentar.
