Saham PTBA: Tetap Konsisten Profit Di Bisnis Siklikal

by Minsya
10 minutes read

Saat ini harga batu bara dunia sudah mengalami kenaikan 3 kali lipat semenjak tahun 2020, dari harga 50 USD per ton hingga menembus 177 USD per ton. Sebelumnya dari tahun 2018 sampai 2020 harga batu bara terus tertekan hingga ke level terendahnya di 50 USD.

Tak heran jika harga saham batu bara yang sudah lama tertidur bangkit kembali di tahun 2021 ini mengikuti peningkatan harga batu bara acuan dunia.

Secara historis perusahaan batu bara akan membukukan kerugian jika harga jual batu bara turun. Ini sudah menjadi nature bisnis komoditas yang siklikal.

Meskipun begitu, PTBA tetap mampu konsisten membukukan laba disaat perusahaan lain membukukan kerugian jika harga batu bara turun.

Setelah di tahun 2020 laba bersih turun, di Q2 2021 laba bersih PTBA naik 38% dibandingkan dengan Q2 2020.

Lalu apa rahasia PTBA bisa terus membukukan profit di bisnis komoditas yang siklikal? Simak terus artikel ini sampai habis.    

Saham PTBA

PT Bukit Asam Tbk. (kode saham: PTBA) merupakan perusahaan batu bara milik negara (BUMN) yang sudah berdiri sejak 2 Maret 1981. Secara historis PTBA merupakan hasil nasionalisasi dari Belanda sejak era kolonial.

PTBA melantai di Bursa efek Indonesia pada tahun 2003 dengan menawarkan sahamnya ke publik sebanyak 346.500.000 lembar saham.

Pada tahun 2017, PTBA bergabung dalam holding industri pertambangan milik negara yang dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Sehingga saham yang sebelumnya dimiliki langsung oleh negara berpindah ke Inalum.

Hingga saat ini, Inalum menguasai mayoritas saham perusahaan sebanyak 65,93%, pemegang saham lainnya sebanyak 31,15%, dan 2,92% saham treasuri. Pemerintah Indonesia masih memegang saham preferen perusahaan sebesar 5 lembar.

Sumber: Laporan Tahunan 2020 PTBA

Portofolio Bisnis PTBA

Sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PTBA memiliki lini bisnis di semua aspek pertambangan. Dari upstream (penambangan dan eksplorasi batu bara), logistik dan downstream (pengolahan batu bara).

Sumber: Public Expose 2021 PTBA

Aktivitas penambangan/produksi batu bara dilakukan oleh PTBA sendiri dan melalui entitas anak perusahaan yaitu PT Internasional Prima Coal. Saat ini, produksi batu bara PTBA disumbang dari unit pertambangan Tanjung Enim, Sumatera Selatan; Unit Pertambangan Peranap, Riau dan Unit Pertambangan di Palaran, Kalimantan Timur.

Mayoritas produksi batu bara PTBA disumbang dari unit pertambangan Tanjung Enim dengan porsi 98%.

Pada semester I  2021, produksi batu bara PTBA mencapai 13,27 juta ton atau naik 10,6% dari produksi batu bara semester I 2020 sebesar 12 juta ton.

Dari segi logistik, PTBA mempunyai anak perusahaan dalam penyediaan jasa pelabuhan dan jasa pengangkutan kereta api.

PTBA juga melakukan kerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam proses pengangkutan batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Berdasarkan geografis, penjualan batu bara PTBA dibagi menjadi dua, domestik dan ekspor. Di dalam negeri, PTBA menjual mayoritas batu baranya ke PLN dan PT Indonesia Power (anak perusahaan PLN). Untuk negara tujuan ekspornya, seperti China, India, Filipina, Taiwan, Vietnam dan Malaysia.

Sumber: Public Expose 2021 PTBA

PTBA cukup aktif dalam mengembangkan bisnis mereka di sisi downstream. Saat ini PTBA, sedang membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Mulut Tambang yang proses konstruksinya masih 80%.

Energi baru terbarukan juga menjadi fokus kedepan PTBA dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di area dekat tambang mereka. Selain itu, PTBA bersinergi dengan Angkasa Pura II mengembangkan (PLTS) di atap gedung bandara Soekarno Hatta yang saat ini sudah beroperasi.

PTBA bekerjasama dengan Pertamina dan mitra strategisnya juga sedang mengembangkan proyek Coal to DME (Dimethyl Eter) di Tanjung Enim. Pengembangan DME ini akan menggantikan LPG di Indonesia serta meningkatkan supply energi dari dalam negeri yang mana saat ini masih banyak impor.

Diuntungkan Karena Relasi

Mari menjawab pertanyaan utama dari artikel ini. Jika anda menggali laporan keuangan perusahaan dibagian catatan kaki, maka anda akan menemukan jawabannya. Ternyata, sebanyak 40% penjualan batu bara PTBA disumbang dari penjualan ke PLN dan PT Indonesia Power yang berbentuk kontrak jangka panjang.

Sumber: Website PTBA

Secara CAGR, pertumbuhan penjualan ke PLN dana PT Indonesia Power dari tahun 2013 – 2019 (level sebelum pandemi) sebesar 16,3%. Tentunya kedepan PTBA akan sangat diuntungkan bila kedepan PLN terus menambah kapasitas listrik demi memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri.

Sumber: Laporan Tahunan PTBA

Adanya hubungan berelasi karena sama-sama dimiliki negara menjadi keuntungan tersendiri bagi PTBA dibandingkan dengan perusahaan tambang lain.

Sisanya sebanyak 60% dijual ke perusahaan negara dan swasta, baik dalam negeri maupun ekspor keluar negeri.

Rasio ROE (Return On Equity) PTBA juga selalu diatas 20% sejak 2014 – 2019. Kecuali di 2020 akibat imbas pandemi. Itupun ROE-nya masih bisa diatas angka 10%.

Sumber: Data ROE PTBA hasil olahan penulis

Resiko Bisnis

Meskipun terus membukukan profit, tetap saja profitabilitas yang dimilik oleh PTBA volatile tergantung dengan siklus batu bara. Meskipun PTBA banyak memberlakukan kontrak jangka panjang dengan mitra, harga batu bara yang disepakati tetap mengikuti harga yang berlaku dipasaran.

Selain itu, jika produksi naik maka biaya pengangkutan akan naik juga. Sehingga rasio GPM (Gross Profit Margin) akan makin tertekan.

Ini merupakan bagian dari resiko berbisnis di sektor komoditas. Anda bisa melihat korelasi dari harga batu bara internasional dengan margin keuntungan operasional PTBA dibawah.

Sumber: Chart harga batu bara Ice Newcastle dari Investing.com
Sumber: Laporan keuangan PTBA

Summary Highlight

Harga saham PTBA sempat naik di bulan Desember 2020, kemudian turun kembali ke harga 2350 per tanggal 10 September 2021.

Harga sahamnya hanya naik 10% dari bulan September 2020 di harga 2100 dibandingkan harga saham PTBA sekarang di 2350. Padahal di periode yang sama harga batu bara acuan sudah naik 3 kali lipat. Masih ada ruang kenaikan harga saham karena kinerja keuangan PTBA juga mengalami kenaikan.

Nampaknya, beberapa isu lingkungan atau ESG (Environment, Social & Governance) yang diterapkan oleh beberapa fund manager membuat harga saham batu bara belum banyak naik.

Bagaimana pendapat anda? Apakah saham PTBA layak beli atau tidak? Tetap lakukan analisa mendalam secara mandiri dan sesuaikan dengan strategy masing-masing.

Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli dan hanya untuk kepentingan edukasi. Tetap melakukan analisa dan keputusan investasi sendiri. Your money, your decision.

Yoga Ahmad Gifari (Rusia)
Graduated as master of Railway Track Management, but enthusiastic with sharia stock market.

You may also like

Leave a Comment

-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00