Dengan banyaknya tren dan media yang menggempur informasi terbaru, tak jarang jika ditemukan kondisi bernama FOMO. FOMO atau fear of missing out diartikan sebagai pemikiran takut ketinggalan atau rasa rakus dengan hal yang trendy. Hal ini ternyata menjadi salah satu penyakit di dunia saham. Bagaimana bisa? Berikut ulasannya.
Sindrom takut ketinggalan ini menjadi salah satu masalah yang entah mengapa justru dikenal sebagai bahasa gaul. Sayangnya, masalah ini dapat terjadi pada siapapun dan dimanapun atau karena apapun. Hal ini ditandai dengan karakter rasa tak ingin ketinggalan akan suatu kondisi yang terjadi di sekitarnya.
Yang paling sering terjadi adalah tren atau popularitas suatu hal, seperti produk tertentu, perencanaan suatu acara layaknya pesta, berita, gosip, kumpul alumni, dan lain sebagainya. Bahkan, kondisi ini pun dapat menyebar ke dunia investasi. Yang mana dapat digambarkan dari besarnya pergerakan finansial atau tren investasi di Indonesia di beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut tentunya harus menjadi lampu merah yang harus dipahami oleh para investor bijak. Pasalnya, tren investasi dan trading akhir akhir ini pun dapat mengarah pada nilai negatif. Masalah ini pun bukan hal yang baru, mengingat istilah ini sudah ada sejak tahun 1996 hingga awal tahun 2000. Namun dengan arus informasi yang lebih cepat, sindrom ini pun jadi sorotan di beberapa tahun terakhir.
Penyebab Terjadinya FOMO
Fear of missing out bisa terjadi karena beberapa hal. Namun yang paling sering jadi nilai adalah adanya kondisi atau keinginan untuk terus bersosialisasi, aktualisasi, hingga rasa rendah diri terhadap lingkungan. Kondisi ditekan karena adanya rasa ingin terus diajak omong dan tetap berada di lingkup yang sama.
Menariknya, FOMO juga dapat terjadi karena adanya rasa rendah diri dan tidak berguna. Pemikiran ini membuat orang untuk berusaha lebih dan selalu sesuai dengan tren, sehingga dinilai lebih berguna. Arus informasi dan angka konsumsi sosial media juga menyebabkan pemikiran FOMO. Yang mana membuat orang bergantung dan berani mengunggah rasa bahagia atau sedih di dunia maya.
Jika dikaitkan dengan dunia saham, investasi, dan trading, masalah FOMO juga tampak dari arus media yang ramai dalam menawarkan opsi finansial menguntungkan. Influencer tanpa pikir panjang memasarkan trading dengan iming iming untung, yang ternyata tidak setara dengan kenyataannya. Sayangnya, tak semua opsi tersebut benar benar menguntungkan.
Masalah Yang Dapat Terjadi Karena FOMO
Jika FOMO di ranah lain lebih mengarah pada peningkatan angka konsumtif, maka dunia saham lebih berbahaya lagi. Rasa fear of missing out dapat membuat Anda kehilangan uang yang tidak sedikit. Terutama jika mengikuti tren investasi, trading, atau pembelian saham yang tidak jelas atau bahkan tidak resmi. Maka masalah keuangan pun akan muncul.
Beberapa efek lainnya mencakup masalah psikologis, seperti rasa kesepian, gangguan kecemasan, kehilangan motivasi hidup, bahkan terjadi depresi. Hal tersebut karena seorang entitas mungkin akan merasa sedih karena ketinggalan tren. Dari adanya masalah psikologi, maka bisa saja terjangkit masalah kesehatan. Seperti sakit kepala, kurang tidur, burnt out, dan lain lain.
Cara Mengatasinya
Tak hanya pada dunia saham, cara mengatasi FOMO sebenarnya kembali pada pemikiran dan rasa kasih sayang pada diri sendiri. Intinya, awali perbaikan dari diri sendiri. Perlu dipahami bahwa tidak semua orang bisa atau harus up to date dengan segala informasi atau tren di dunia. Pilih instrumen, tren, dan keinginan sesuai kemampuan sendiri.
Seperti keinginan untuk membeli crypto, investasi, atau trading. Pikirkan dan timbang dengan baik. Cara lainnya termasuk membatasi konsumsi sosial media dan mulai koneksi offline, seperti mengikuti seminar atau hal terkait lainnya. Fear of missing out juga dapat dikurangi dengan mencari sumber kebahagiaan lain, sehingga Anda tidak tertekan dengan keinginan untuk ikutan tren.
Di dalam dunia yang serba keren, FOMO mungkin menjadi sebuah julukan seru bagi para anak muda yang ingin terus up to date. Tapi di dunia saham, FOMO dapat menjadi senjata makan tuan. Rasa takut ketinggalan dapat menyebabkan pembuatan keputusan gegabah dan tidak bijak. Alhasil mengarah pada kerugian di dunia saham.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!