Nama perusahaan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), atau disebut juga PT Vale Indonesia, mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Perusahaan ini awalnya bernama PT International Nickel Indonesia Tbk, kemudian mengalami pergantian nama menjadi PT Vale Indonesia hingga saat ini. Bagaimana sejarah dan profil singkat perusahaan ini? Lihat ulasan berikut.
Profil Singkat PT Vale Indonesia
PT Vale Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di industri pertambangan, lebih tepatnya pada pengolahan nikel terintegrasi. Merupakan bagian Vale, perusahaan multinasional asal Brazil. Perusahaan ini didirikan pada 25 Juli 1968 di Indonesia. Memiliki kantor pusat di Jakarta dan pabrik pengolahan di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Nikel yang diolah oleh perusahaan inia dalah jenis nikel laterit, yang kemudian nantinya diubah menjadi produk akhir yaitu nikel berbentuk matte. Jika dilihat dari data terakhir, volume produksi nikel perusahaan ink mencapai 75.000 metrik ton setiap tahun. Hal ini tentu didukung dengan teknologi pirometalurgi (teknik smelting) dalam proses produksinya.
Perusahan ini juga mengoptimalisasikan energi terbarukan untuk mendukung proses produksinya. Hal ini diwujudkan dengan tiga buah PLTA yang menyokong perusahaan ini: PLTA Larona, PLTA Balambano, dan PLTA Karebbe. Dengan adanya ketiga PLTA tersebut, emisi hasil proses produksi perusahaan ini bisa direduksi hingga 500.000 ton per tahun.
Selain itu, ketiga PLTA tersebut juga menyumbanh sebesar 38% energi terbarukan dari jumlah total konsumsi energi yang dibutuhkan perusahaan ini. Langkah penggunaan energi terbarukan ini sedikit banyak bisa mendukung gerakan menjaga sustainabilitas lingkungan di sekitar pabrik pengolahan yang dimiliki oleh PT Vale Indonesia.
Tidak hanya itu, guna merehabilitasi lahan pertambangan yang sudah tidak dipakai, perusahaan ini menargetkan adanya upaya penanaman kembali. Lahan pertambangan tersebut kemudian diubah menjadi kebun bibit modern atau nursery. Sejak tahun 2006, kebun ini telah memproduksi lebih dari ratusan bibit. Dan kini sudah berhasil merehabilitasi lebih dari 100 hektar lahan purna setiap tahunnya.
Seluruh hasil produksi perusahaan ini sudah disetujui untuk hanya diimpor kepada Sumitomo Metal Mining Co, Ltd dari Jepang saja. Perjanjian ini tertulis pada kontrak jangka panjang yang sudah disepakati kedua belah pihak. Melihat bagaimana sepak terjang perusahaan ini lebih dari separuh abad di Indonesia, sudah banyak pencapaian yang dimiliki. Simak sejarah singkat dari mulai berdirinya perusahaan ini sampai masa kini berikut.
Sejarah Singkat PT VALE
Gagasan berdirinya perusahaan ini bermula dari upaya eksplorasi di tanah Sulawesi pada tahun 1966, diprakarsai oleh Bani Wajhu, Hitler Singawinata, dan tim. Eksplorasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa tanah Sulawesi memiliki potensi pertambangan bijih nikel yang menjanjikan. Dengan hasil eksplorasi ini pula, kemudian muncul gagasan berdirinya PT Vale.
Selanjutnya, PT Vale Indonesia yang saat itu masih bernama PT International Nickel Indonesia Tbk menekan sebuah perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1968. Kontrak Karya tersebut merupakan lisensi untuk eksplorasi, penambangan, dan juga pengolahan bijih nikel yang resmi dari Pemerintah Indonesia.
Sejak penandatanganan Kontrak Karya tersebut, mulai ada persiapan untuk membangun pabrik pengolahan di kawasan Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Pembangunan pabrik ini dimulai pada tahun 1973 dan rampung pada 1977. Presiden Indonesia saat itu, Soeharto, meresmikan pabrik dan fasilitas penambangan yang baru jadi milik PT Vale Indonesia ini.
Setelah resmi beroperasi, PT Vale Indonesia berhasil mengirimkan produksi nikel komersil pertamanya ke perusahaan asal Jepang, Sumitomo Metal Mining Co, Ltd pada tahun 1978. Setahun setelahnya, perusahaan ini mengoperasikan PLTA Larona yang ditujukan membantu pasokan energi untuk proses pengolahan bijih nikel di sana. PLTA ini memiliki kapasitas sebesar 165 MW.
Seiring dengan perkembangan perusahaan ini, pada tahun 1990 PT Vale Indonesia secara resmi terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dengan nama INCO. Lalu melakukan penawaran umum perdana atau IPO dengan nilai saham sebesar 21,8%. Tidak hanya itu, pada tahun 1996 perusahaan ini juga meregenerasi Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia hingga tahun 2025.
Untuk mendukung sokongan energi yang dikonsumsi oleh pabrik pengolahan perusahaan ini, sebuah PLTA baru dioperasikan pada tahun 1999. Kemudian diberi nama PLTA Balambano dengan kapasitas yang dimiliki sebesar 110 MW. Selain itu, perusahaan ini juga rehabilitasi lahan tambang untuk bisa ditanami kembali. Hasilnya, sudah ada kebun bibit modern atau nursery yang berada di kawasan pabrik Sorowako pada tahun 2006.
Tahun 2011 mungkin menjadi tahun yang terkenang bagi perusahaan ini. Pada tahun tersebut terjadi perubahan nama yang semula PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) menjadi PT Vale Indonesia Tbk, atau juga disebut PT Vale. Keputusan ini sudah disetujui oleh para pemegang saham. Bertepatan dengan peristiwa ini, beroperasi juga PLTA Karebbe dengan kapasitas 90 MW.
Untuk mendukung program keberlanjutan lingkungan ini, selain membangun PLTA sebagai pemasok energi terbarukan, PT Vale Indonesia juga melakukan terobosan baru. Yakni dengan membangun 80 kolam pengendapan serta fasilitas pengolahan air limbah dengan teknologi Lamella Gravity Settler pada tahun 2014. Terobosan ini menjadi yang pertama dalam industri pertambangan Indonesia.
Kemudian terjadi renegosiasi Kontrak Karya antara PT Vale Indonesia dengan Pemerintah Indonesia di tahun 2014 juga. Dimana amandemen Kontrak Karya mencakup beberapa perubahan. Salah satu yang terlihat adalah pelepasan wilayah Kontrak Karya seluas 118.435 hektar. Ini artinya pemerintah mengurangi hampir 1,8% dari total wilayah Kontrak Karya tahun 1968 yang mencapai 6,6 juta hektar.
Setahun setelahnya, PT Vale Indonesia berhasil mencetak rekor produksi tertinggi dengan total 81.177 metrik ton nikel matte. Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga mengenalkan Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan atau PPSRLB. Program ini ditujukan untuk program pemberdayaan masyarakat setempat di kawasan Sorowako.
Tidak hanya itu, program pemberdayaan berkelanjutan ini juga mengikutsertakan tiga kemitraan pilar: Pemerintah, Perusahaan, dan Masyarakat. Kemudian program ini diresmikan dengan nama Program Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) dan operasionalnya berbasis pada Pengembangan Kawasan Pedesaan Mandiri (PKPM) bagi masyarakat sekitar Sorowako.
Selain sepak terjang yang panjang di industri pertambangan Indonesia yang patut diapresiasi, PT Vale Indonesia juga menyabet beberapa penghargaan bergengsi. Seperti menjadi pemegang rekor total 17,4 jam zero lost time injury periode 2017-2018 dan menyabet gelar PROPER Hijau yang dianugerahkan oleh KLHK.
Tidak berhenti di situ saja, PT Vale Indonesia juga melakukan divestasi saham ke Pemerintah Indonesia dengan nilai sebesar 20% melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (MIND ID). Dengan sejarah yang panjang tersebut, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah memberikan kontribusi yang besar dalam industri penambangan dan pengolahan bijih nikel Indonesia.
Itulah ulasan singkat mengenai profil dan sejarah singkat perusahaan pengolahan bijih nikel terkemuka di Indonesia, PT Vale. Mulai dari masa awal operasi hingga masa kini, perusahaan ini sudah memberikan sumbangsih yang besar bagi industri pertambangan di Indonesia. Khususnya dalam bidang pengolahan bijih nikel.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!