PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) ialah perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang pertambangan batubara. Perusahaan ini juga berafiliasi dengan Baramulti Group serta perusahaan di Malinau, Kalimantan Utara. Berikut profil dan sejarah dari PT Mitrabara Adiperdana Tbk yang menarik dipelajari.
Profil PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP)
PT Mitrabara Adiperdana Tbk ialah perusahaan yang menjalankan usahanya di bidang pertambangan sesuai dengan izin pemerintah dan diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku seperti pengeringan batubara. Perusahaan juga menjalankan kegiatan usahanya di bidang industri.
Tidak hanya itu, PT Mitrabara Adiperdana Tbk juga menjalankan usahanya di bidang perdagangan seperti perdagangan dalam negeri, inter-insulair, ekspor, impor, perdagangan besar, pemasok dan distributor berbagai jenis barang. MBAP juga menjalankan kegiatan usahanya di bidang konstruksi.
Dalam menunjang kegiatan usahanya di bidang pertambangan dan konsultasi, perusahaan bekerja sama dengan kontraktor pertambangan yang bertanggung jawab penuh atas kegiatan operasi penambangan tanah buangan atau overburden, penyediaan peralatan pertambangan, bahan-bahan, pengadaan transportasi, serta suku cadang sesuai kewajibannya termasuk produksi batubara.
Visi perusahaan ini yakni memberdayakan masyarakat di wilayah operasional perseroan yang sejahtera, mandiri dan memiliki daya saing unggul. Dalam menjalankannya, perusahaan memiliki misi dalam memberdayakan warga lokal dengan berpegang teguh kepada kearifan lokal. Perusahaan juga melaksanakan program CSR berbasis kebutuhan masyarakat dan menerapkan tata kelola CSR.
Seperti yang diketahui bahwa kebutuhan energi semakin berkembang sehingga manusia perlu berupaya mencari sumber energi yang baru. Tidak lupa juga, perusahaan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam menghadirkan sumber energi yang baru, perusahaan mengembangkan usaha dibidang energi baru melalui anak perusahaannya seperti tenaga matahari dan biomassa.

Sejarah PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP)
Sebagai bagian perusahaan dari Grup Baramulti, perusahaan mulai mencetak sejarahnya pada 28 Oktober 1992. Melalui anak perusahaannya, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) melakukan berbagai pengambangan bisnis dengan berpegang teguh pada visi dan misinya yakni melakukan kegiatan usaha di bidang energi.
Pada tahun 1995, perusahaan mendapatkan kuasa pertambangan KP eksplorasi. Delapan tahun kemudian, perusahaan memperoleh KP eksploitasi. Di tahun 2009, Izin Usaha Pertambangan atau IUP diperoleh sebagai penyesuaian dengan UU No. 4 tahun 2009 mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara.
Tiga tahun kemudian, perusahaan dan BDMS memperoleh sertifikat Clean and Clear dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. Saham BDMS sebesar 99,995% diakuisisi oleh perseroan di tahun 2013. Setahun kemudian tepatnya pada 30 Juni 2014, perusahaan melakukan penawaran umum publik perdana di Bursa Efek Indonesia.
PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan untuk IPO kepada masyarakat sebesar 245.454.400 lembar saham dengan nominal Rp 100 per saham dengan harga penawaran Rp 1.300 per saham. Saham tersebut akhirnya dicatatkan BEI pada tanggal 10 Juli 2014.
Perusahaan mulai melakukan kegiatan produksi batu Baranya di tahun 2008. Batubara yang dihasilkan pun berkualitas tinggi dengan nilai kalori atau calorific value menengah. Produknya juga memiliki karakteristik yang lebih ramah lingkungan. Maka dari itu, produk tersebut sangat diminati oleh pasar internasional.
Penawaran umum saham perdana yang dilakukannya di Bursa Efek Indonesia berkode MBAP. Adapun dana yang diperoleh dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan operasional perseroan seperti mengembangkan fasilitas pelabuhan serta mengoperasikan fasilitas penanganan batubara.
Memasuki tahun 2015, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) mendirikan anak MME sebagai proyek pembangkit tenaga biomassa serta MHL untuk proyek perkebunan energi serta pengusahaan hutan. Satu tahun kemudian, perusahaan mengakuisisi ECTS serta bekerja sama dengan ENGIE Global Development BV dan PT Tritama Mitra Lestari untuk mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga surya.
Kepemilikan sahamnya pada DBU pun meningkat sebesar 26% di tahun 2018. Tidak sampai situ, 13,33% saham di DBU juga diakuisisi. Dengan MASDAR UAE, perusahaan mengembangkan energi terbarukan di PT Masdar Mitra Solar Radiance dengan brand Solar Radiance. Pada tahun 20222, bersama PT Mitra Delta Bahari Pratama, perusahaan mendirikan perusahaan ventura.
Itulah penjelasan mengenai profil dan sejarah menarik dari PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP). Bisa disimpulkan bahwa perusahaan ini telah melakukan berbagai kegiatan dalam mengembangkan usahanya seperti akuisisi, penambangan, penawaran umum perdana publik hingga mendirikan perusahaan.
Melalui PT Bhakti Investama, Hary meningkatkan kepemilikannya dari 10,72% sampai dengan 37,60% di PT Bimantara. Hary kemudian ditetapkan sebagai Presiden Direktur Bimantara pada 30 April 2002. Keberadaan Hary di PT Bimantara ini juga mengejutkan karena beliau pada saat itu dinilai tidak memiliki kekuatan modal besar menguasai bisnis Cendana.
Bahkan, ada yang berasumsi bahwa Hary mendapatkan dukungan atau bekingan dari keluarga Cendana sehingga ia berperan sebagai operator. Ada juga yang beranggapan bahwa ia mendapatkan modal dari investor rahasia. Rumor lain juga mengatakan bahwa ia dibantu oleh investor kawakan yang bernama George Soros.
Hary juga menyatakan bahwa keberhasilannya dikarenakan prestasi yang menyehatkan dari Bimantara dengan peningkatan kinerja dan menjual sejumlah asetnya yang berpotensial. Begitu Hary masuk, Bimantara menyederhanakan fokusnya pada beberapa perusahaan khususnya media. Pada 14 April 2001, saham di PT Danapaints Indonesia dilepaskan.
Saham PT Bimagraha Telekomindo kemudian dijual pada Indosat seharga US$ 558 juta. Saham senilai Rp 36,5 miliar dari PT SAmudra Petrindo kemudian dijual dan saham senilai Rp 10 juta juga dari PT Bimantara Graha Insurance Brokers juga dijual. Disamping itu, Bimantara bergerak di bidang aviasi, seperti Cardig Air dan Jasa Angka Semesta.
Perlu diketahui bahwa upaya divestasi telah dilakukan saat perusahaan masih menjadi pemilik saham utamanya, seperti pada tahun 2000 saat melepas PT Plaza Indonesia Realty, PT Polychem Lindo, PT Bimantara Cakra Nusa, PT Nestle Indonesia, PT Aqualindo Mitra Industri, serta PT Citra Mobil Nasional.
Van der Horst yang merupakan anak perusahaan Bimantara di Singapura juga dilepas. Kemudian, penjualan Bimantara dimanfaatkan untuk merestrukturisasi perusahaan serta membayar hutangnya di BPPN. Akan tetapi, Hary mempercepat divestasi pada perusahaan yang tidak berkaitan dengan media. Sementara itu, akuisisi atau investasi pada perusahaan media dilepas pada 2003.
Sejak tahun 2001, Global TV juga dilepas dari tangan PT Titian Para Putra Sejahtera. Dua tahun berikutnya, TPI, Indovision, Radio Trijaya dan Mobile-8 Telecom berusaha ditingkatkan kembali. Hary menyatakan bahwa ia ditawari secara langsung oleh Bambang saat masuk Bimantara agar membeli saham sebesar 25%.
Kemudian, Hary langsung membeli saham dengan uangnya sendiri. Ia juga menyesuaikan situasi saat Bimantara masih memiliki kapitalisasi pasar rendah. Keterlibatannya dalam pengelolaan Bimantara inilah yang membuat Hary tertarik dengan anak perusahaan industri media penyiaran serta Bimantara RCTI.
Dalam rangka mengubah fokus usaha dari konglomerat ke media telekomunikasi, Bimantara akhirnya merubah namanya menjadi PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Adapun arti dari nama perusahaan tersebut yakni perusahaan media dan telekomunikasi yang menjadi pemain di level global.
Seiring berjalannya waktu, kepemilikan Global Mediacom berada di bawah Hary. Sementara itu, saham Bambang Tri semakin merosot melalui PT Asriland. Meskipun awalnya bertahan hingga tahun 2012 dengan saham sekitar 10 hingga 14%, saham Bambang kemudian lenyap di awal tahun 2012.
Sejak saat itulah, saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) sepenuhnya berada di naungan kepemilikan Hary. Bahkan, kini telah mencapai 55% atau lebih. Meski demikian, Hary masih berusaha mempertahankan sebagian orang lama di perusahaan, seperti Rosano Barack. Hingga kini, Hary Tanoesoedibjo masih menjabat sebagai direktur utama Global Mediacom.
Demikian informasi mengenai profil dan sejarah singkat dai PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Seperti yang diketahui bahwa perusahaan ini memiliki sejarah yang panjang sejak 30 Juni 198 hingga menjadi perusahaan media yang besar. Mulai dari berdirinya, memperluas kegiatan usaha, mempercepat divestasi, hingga berganti direktur utama.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!