PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) ialah perusahaan yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan 26 rumah sakit yang tersebar di Pulau Jawa hingga akhir 2021. Dibalik kesuksesannya, perusahaan ini menyimpan sejarah yang panjang dan menarik diketahui sebagai berikut.
Profil dari Mitra Keluarga Karyasehat
Selama 25 tahun lebih, Mitra Keluarga Karyasehat telah tumbuh sebagai operator rumah sakit komunitas terdepan. Dengan tingkat keuntungan yang sehat, perusahaan telah mengoperasikan 12 rumah sakit yang tersebar di 8 wilayah Jabodetabek, 3 di Surabaya dan 1 di Tegal. Seluruh rumah sakitnya berlokasi di area dengan populasi kelas menengah yang besar.
Selain itu, akses di lokasinya lebih mudah untuk memperoleh tenaga medis di Indonesia. Sebagai salah satu operator rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) memiliki total tempat tidur sebanyak 1,810 pada tanggal 31 Desember 2016.
Hal tersebut semakin didukung dengan sejarah brandnya sehingga mampu mempertahankan tenaga kesehatan yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Sesuai Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan berfokus pada jasa konsultasi bisnis serta manajemen rumah sakit.
Kini, bisnis utama MIKA yakni menjalankan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaannya di bidang pelayanan kesehatan. Hal ini dilakukan dengan memberikan jasa pelayanan medik dengan mengelola rumah sakit yang bernama Mitra Keluarga.
Sejarah Singkat Mitra Keluarga Karyasehat
Pada tahun 1989, perusahaan membuka sejarahnya dengan menjalankan sebuah rumah sakit bersalin bernama RS Mitra Keluarga di Jatinegara, Jawa Timur dengan 35 tempat tidur. 4 tahun kemudian, Rumah Sakit Keluarga mulai menjalankan kegiatan usahanya di Bekasi Barat. PT Calida Ekaprana resmi didirikannya di tahun 1995.
Rumah Sakit Mitra Kemayoran dan Rumah Sakit Internasional Bintaro juga mulai dioperasikan pada tahun 1998. Setahun kemudian, RS Mitra Keluarga Surabaya dioperasikan. Sekitar tahun 2001 hingga 2002, perusahaan mulai mengoperasikan RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dan RS Mitra Keluarga Jatinegara.
Pada tahun 2004, kegiatan ekspansinya terus berlanjut dengan mengoperasikan Rumah Sakit Keluarga Bekasi Timur dan RS Mitra Keluarga Depok di tahun 2008. Setahun kemudian RS Mitra Keluarga Waru dan RS Mitra Keluarga Tegal mulai dioperasikan pada tahun 2009. Mulai tahun 2010 hingga 2011, perusahaan mengoperasikan RS Mitra Keluarga di Cikarang dan Cibubur.
Penggantian namanya dilakukan pada tahun 2014 menjadi seperti sekarang diikuti dengan mulai beroperasinya RS Mitra Keluarga Kenjeran. Satu tahun kemudian, perusahaan resmi melantai BEI atau Bursa Efek Indonesia dibarengi dengan mulainya RS Mitra Keluarga Kalideres beroperasi.
Kegiatan ekspansi terus dilakukan dengan menjalankan RS Mitra Keluarga Gading Serpong, klinik fertilitas MBrio, RS Mitra Keluarga Bintaro dan RS Mitra Keluarga Pratama Jatiasih serta mengakuisisi RS Bina Husada, PT Rumah Kasih Indonesia RS Mutiara Hati, RSIA Panti Abdi Dharma.
Pada tahun 2021, RS Mitra Keluarga Pondok Tjandra mulai menjalankan kegiatan usahanya diikuti dengan pembukaan klinik fertilitas MBrio di Kelapa Gading. Ditahun yang sama,perusahaan menghadirkan sebuah aplikasi telemedicine yang bernama Altea Care. Perusahaan juga melakukan peletakan batu pertama dengan pembangunan RS Mitra Keluarga.
Pembangunan tersebut dilakukan di Tegal dan Slawi yang remi menjalankan kegiatan usahanya pada awal tahun. Kini, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) telah memiliki 17 rumah sakit bernama Mitra Keluarga serta 9 rumah sakit yang berada di bawah naungan Kasih Group.
Rumah sakit di bawah naungannya telah melayani 202.900 pasien rawat inap serta 2.300.000 pasien rawat jalan dengan 1.782 dokter, 5.964 tenaga medis serta 1.795 karyawan non-medis di akhir tahun 2021. Hingga akhir tahun, perusahaan telah memiliki 8 anak usaha yang tersebar di wilayah Indonesia.
Adapun 8 anak usaha PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) yakni PT Proteindo Karyasehat, PT Kinarya Loka Buana, PT Rumah Kasih Indonesia, PT Sehat Digital Nusantara, PT Ragam Sehat Multifita, PT Ekamita Arahtegar, PT Alpen Agungraya dan PT Bina Husada Gemilang.
Itulah penjelasan mengenai sejarah dan profil dari PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) yang menarik diketahui. Bisa disimpulkan bahwa perusahaan telah melakukan beberapa kali kegiatan ekspansinya. Tidak heran jika MIKA berhasil menjadi salah satu operator rumah sakit swasta terbesar di Indonesia.
Melalui PT Bhakti Investama, Hary meningkatkan kepemilikannya dari 10,72% sampai dengan 37,60% di PT Bimantara. Hary kemudian ditetapkan sebagai Presiden Direktur Bimantara pada 30 April 2002. Keberadaan Hary di PT Bimantara ini juga mengejutkan karena beliau pada saat itu dinilai tidak memiliki kekuatan modal besar menguasai bisnis Cendana.
Bahkan, ada yang berasumsi bahwa Hary mendapatkan dukungan atau bekingan dari keluarga Cendana sehingga ia berperan sebagai operator. Ada juga yang beranggapan bahwa ia mendapatkan modal dari investor rahasia. Rumor lain juga mengatakan bahwa ia dibantu oleh investor kawakan yang bernama George Soros.
Hary juga menyatakan bahwa keberhasilannya dikarenakan prestasi yang menyehatkan dari Bimantara dengan peningkatan kinerja dan menjual sejumlah asetnya yang berpotensial. Begitu Hary masuk, Bimantara menyederhanakan fokusnya pada beberapa perusahaan khususnya media. Pada 14 April 2001, saham di PT Danapaints Indonesia dilepaskan.
Saham PT Bimagraha Telekomindo kemudian dijual pada Indosat seharga US$ 558 juta. Saham senilai Rp 36,5 miliar dari PT SAmudra Petrindo kemudian dijual dan saham senilai Rp 10 juta juga dari PT Bimantara Graha Insurance Brokers juga dijual. Disamping itu, Bimantara bergerak di bidang aviasi, seperti Cardig Air dan Jasa Angka Semesta.
Perlu diketahui bahwa upaya divestasi telah dilakukan saat perusahaan masih menjadi pemilik saham utamanya, seperti pada tahun 2000 saat melepas PT Plaza Indonesia Realty, PT Polychem Lindo, PT Bimantara Cakra Nusa, PT Nestle Indonesia, PT Aqualindo Mitra Industri, serta PT Citra Mobil Nasional.
Van der Horst yang merupakan anak perusahaan Bimantara di Singapura juga dilepas. Kemudian, penjualan Bimantara dimanfaatkan untuk merestrukturisasi perusahaan serta membayar hutangnya di BPPN. Akan tetapi, Hary mempercepat divestasi pada perusahaan yang tidak berkaitan dengan media. Sementara itu, akuisisi atau investasi pada perusahaan media dilepas pada 2003.
Sejak tahun 2001, Global TV juga dilepas dari tangan PT Titian Para Putra Sejahtera. Dua tahun berikutnya, TPI, Indovision, Radio Trijaya dan Mobile-8 Telecom berusaha ditingkatkan kembali. Hary menyatakan bahwa ia ditawari secara langsung oleh Bambang saat masuk Bimantara agar membeli saham sebesar 25%.
Kemudian, Hary langsung membeli saham dengan uangnya sendiri. Ia juga menyesuaikan situasi saat Bimantara masih memiliki kapitalisasi pasar rendah. Keterlibatannya dalam pengelolaan Bimantara inilah yang membuat Hary tertarik dengan anak perusahaan industri media penyiaran serta Bimantara RCTI.
Dalam rangka mengubah fokus usaha dari konglomerat ke media telekomunikasi, Bimantara akhirnya merubah namanya menjadi PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Adapun arti dari nama perusahaan tersebut yakni perusahaan media dan telekomunikasi yang menjadi pemain di level global.
Seiring berjalannya waktu, kepemilikan Global Mediacom berada di bawah Hary. Sementara itu, saham Bambang Tri semakin merosot melalui PT Asriland. Meskipun awalnya bertahan hingga tahun 2012 dengan saham sekitar 10 hingga 14%, saham Bambang kemudian lenyap di awal tahun 2012.
Sejak saat itulah, saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) sepenuhnya berada di naungan kepemilikan Hary. Bahkan, kini telah mencapai 55% atau lebih. Meski demikian, Hary masih berusaha mempertahankan sebagian orang lama di perusahaan, seperti Rosano Barack. Hingga kini, Hary Tanoesoedibjo masih menjabat sebagai direktur utama Global Mediacom.
Demikian informasi mengenai profil dan sejarah singkat dai PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Seperti yang diketahui bahwa perusahaan ini memiliki sejarah yang panjang sejak 30 Juni 198 hingga menjadi perusahaan media yang besar. Mulai dari berdirinya, memperluas kegiatan usaha, mempercepat divestasi, hingga berganti direktur utama.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!