PT Global Mediacom Tbk (BMTR) atau dikenal sebagai MNC Media ialah perusahaan yang beroperasi di bidang investasi dalam bidang usaha media dan telekomunikasi. Berkantor pusat di Jakarta, perusahaan ini didirikan pada 30 Juni 1981. Perusahaan ini memiliki rekam jejak yang panjang sehingga menjadi salah satu perusahaan media atau telekomunikasi terkenal di Indonesia.
Profil Perusahaan Global Mediacom
Pada awalnya, Global Mediacom bernama PT Bimantara Citra Tbk yang kini dikenal sebagai MNC Media. Didirikan pada 30 Juni 1981, perusahaan ini mulai menjalankan kegiatan usahanya mulai 1982 dengan kantor pusat yang berada di MNC Media, Jl.Kebon Sirih No. 17-19, Jakarta Pusat. MNC Investama Tbk ialah pemegang saham Global Mediacom sebesar 5% atau lebih.
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, BMTR beroperasi di bidang industri, pengangkutan, pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan dan kehutanan, peternakan, informasi dan komunikasi, konstruksi, real estate, perdagangan, percetakan, serta jasa (aktivitas profesional, ilmiah dan teknis, serta arsitektur).
Kegiatan usaha PT Global Mediacom Tbk beroperasi di bidang investasi dengan menaungi beberapa Anak Usaha. Adapun sejumlah anak usaha yang terdaftar di BEI yaitu MNC Vision Networks Tbk, Media Nusantara Citra Tbk, MNC Digital Entertainment Tbk serta MNC Sky Vision Tbk.
Berdasarkan laporan keuangan, anak-anak usahanya yaitu PT Media Nusantara Citra Tbk, PT MNC Televisi Indonesia, PT Global Informasi Bermutu, PT MNC Televisi Network, PT MNC Networks, PT MNI Publishing, PT MNC Portal Indonesia, PT MNC Digital Entertainment, PT MNC Digital Indonesia, PT MNC Media Utama, MNC International Middle East Limited, dan PT MNC Media Investing.
Profil Perusahaan Global Mediacom
Global Mediacom berdiri pada 30 Juni 1981 oleh Bambang Trihatmodjo, Mochammad Tachril Sapi’ie dan Rosano Barack. Seperti yang diketahui bahwa perusahaan ini berdiri dengan nama BImantara Citra yang diberikan oleh Bambang Trihatmodjo dengan arti siap mengemban tugas berat dengan citra baik.
Pada awalnya, perusahaan ini menjalankan kegiatan usahanya di bidang teknik serta kontraktor khususnya pertambangan. Akan tetapi, perusahaan semakin memperluas kegiatan usahanya pada berbagai bidang, seperti transportasi udara, mobil, petrokimia, perdagangan, keuangan, perkapalan, serta pernah berpartisipasi dalam monopoli perdagangan jeruk pontianak,
Maka dari itu, perusahaan ini menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia pada masa Orde Baru. Disamping itu, Bimantara berhasil memperoleh saham dengan beberapa perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia, seperti Nestle. Di tengah era Orde Baru, Bimantara mampu tumbuh beranak pinak dalam kurun waktu cepat.
Melalui PT Bhakti Investama, Hary meningkatkan kepemilikannya dari 10,72% sampai dengan 37,60% di PT Bimantara. Hary kemudian ditetapkan sebagai Presiden Direktur Bimantara pada 30 April 2002. Keberadaan Hary di PT Bimantara ini juga mengejutkan karena beliau pada saat itu dinilai tidak memiliki kekuatan modal besar menguasai bisnis Cendana.
Bahkan, ada yang berasumsi bahwa Hary mendapatkan dukungan atau bekingan dari keluarga Cendana sehingga ia berperan sebagai operator. Ada juga yang beranggapan bahwa ia mendapatkan modal dari investor rahasia. Rumor lain juga mengatakan bahwa ia dibantu oleh investor kawakan yang bernama George Soros.
Hary juga menyatakan bahwa keberhasilannya dikarenakan prestasi yang menyehatkan dari Bimantara dengan peningkatan kinerja dan menjual sejumlah asetnya yang berpotensial. Begitu Hary masuk, Bimantara menyederhanakan fokusnya pada beberapa perusahaan khususnya media. Pada 14 April 2001, saham di PT Danapaints Indonesia dilepaskan.
Saham PT Bimagraha Telekomindo kemudian dijual pada Indosat seharga US$ 558 juta. Saham senilai Rp 36,5 miliar dari PT SAmudra Petrindo kemudian dijual dan saham senilai Rp 10 juta juga dari PT Bimantara Graha Insurance Brokers juga dijual. Disamping itu, Bimantara bergerak di bidang aviasi, seperti Cardig Air dan Jasa Angka Semesta.
Perlu diketahui bahwa upaya divestasi telah dilakukan saat perusahaan masih menjadi pemilik saham utamanya, seperti pada tahun 2000 saat melepas PT Plaza Indonesia Realty, PT Polychem Lindo, PT Bimantara Cakra Nusa, PT Nestle Indonesia, PT Aqualindo Mitra Industri, serta PT Citra Mobil Nasional.
Van der Horst yang merupakan anak perusahaan Bimantara di Singapura juga dilepas. Kemudian, penjualan Bimantara dimanfaatkan untuk merestrukturisasi perusahaan serta membayar hutangnya di BPPN. Akan tetapi, Hary mempercepat divestasi pada perusahaan yang tidak berkaitan dengan media. Sementara itu, akuisisi atau investasi pada perusahaan media dilepas pada 2003.
Sejak tahun 2001, Global TV juga dilepas dari tangan PT Titian Para Putra Sejahtera. Dua tahun berikutnya, TPI, Indovision, Radio Trijaya dan Mobile-8 Telecom berusaha ditingkatkan kembali. Hary menyatakan bahwa ia ditawari secara langsung oleh Bambang saat masuk Bimantara agar membeli saham sebesar 25%.
Kemudian, Hary langsung membeli saham dengan uangnya sendiri. Ia juga menyesuaikan situasi saat Bimantara masih memiliki kapitalisasi pasar rendah. Keterlibatannya dalam pengelolaan Bimantara inilah yang membuat Hary tertarik dengan anak perusahaan industri media penyiaran serta Bimantara RCTI.
Dalam rangka mengubah fokus usaha dari konglomerat ke media telekomunikasi, Bimantara akhirnya merubah namanya menjadi PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Adapun arti dari nama perusahaan tersebut yakni perusahaan media dan telekomunikasi yang menjadi pemain di level global.
Seiring berjalannya waktu, kepemilikan Global Mediacom berada di bawah Hary. Sementara itu, saham Bambang Tri semakin merosot melalui PT Asriland. Meskipun awalnya bertahan hingga tahun 2012 dengan saham sekitar 10 hingga 14%, saham Bambang kemudian lenyap di awal tahun 2012.
Sejak saat itulah, saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) sepenuhnya berada di naungan kepemilikan Hary. Bahkan, kini telah mencapai 55% atau lebih. Meski demikian, Hary masih berusaha mempertahankan sebagian orang lama di perusahaan, seperti Rosano Barack. Hingga kini, Hary Tanoesoedibjo masih menjabat sebagai direktur utama Global Mediacom.
Demikian informasi mengenai profil dan sejarah singkat dai PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Seperti yang diketahui bahwa perusahaan ini memiliki sejarah yang panjang sejak 30 Juni 198 hingga menjadi perusahaan media yang besar. Mulai dari berdirinya, memperluas kegiatan usaha, mempercepat divestasi, hingga berganti direktur utama.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!