PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) Profil dan Sejarahnya

by Minsya
7 minutes read

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk ialah perusahaan gabungan dari PT Tri Polyta Indonesia dan PT Chandra Asri. Perusahaan ini memiliki rekam jejak yang berliku-liku hingga berhasil menjadi salah satu perusahaan petrokimia paling besar di Indonesia. Berikut ulasan mengenai profil serta sejarah dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang perlu anda ketahui.

Profil dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk

Berdasarkan Akta No. 40, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk didirikan pada 2 November 1984. Lalu, diubah menjadi Akta No. 117 pada tanggal 7 November 1987 oleh John Leonard waworuntu, S. H., menjadi PT Tri Polyta Indonesia atau TPI. Pada Akta Notaris No. 20 di 27 Oktober 2010, para pemegang saham Perseroan menyepakati transaksi penggabungan usaha antara PT Chandra Asri dengan PT Tri Polyta Indonesia.

PT Tri Polyta Indonesia ialah produsen Polypropylene paling besar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1984, perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1992. Sementara itu, Chandra Asri yang berdiri pada 1989 ialah penghasil produk Olefins serta Polyethylene. Sejak saat itulah, perusahaan ini menjalankan bisnis bersama sebagai produsen domestic tunggal yang ada di Indonesia.

Sebagai produsen domestic tunggal,  Perseroan ini menghasilkan sejumlah produk, seperti Ethylene, Butadiene, Styrene Monomer, serta Styrene Butadiene Rubber. Satu satunya pabrik yang beroperasi untuk menghasilkan Olefins, Mixed C4, Pygas, dan Polyolefins ialah Naphtha Cracker. Sementara itu, kantor pusatnya berada di Cilegon, Jakarta, Indonesia.

Fasilitas produksi perusahaan ini mencakup tiga train untuk menghasilkan produk Polyethylene serta Polypropylene. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga mengoperasikan satu-satunya industri Butadiene di Indonesia dengan Mixed C4 yang diproduksi oleh pabrik Olefin sebagai bahan bakunya.

Perusahaan ini juga memproduksi 340 KTA Styrene Monomer sehingga menjadi penghasil tunggal untuk produk Styrene Monomer, Ethylene dan Butadine dalam negeri. Disamping itu, perusahaan ini menjadi penghasil Polypropylene dan Polyethylene terbesar di Indonesia. Bahan baku plastik yang dihasilkan digunakan untuk membuat berbagai produk, seperti kemasan, otomotif, pipa, elektronik, dan masih banyak lagi.

Agar mampu meningkatkan nilai tambah rantai produk petrokimia, perusahaan ini bekerja sama dengan Compagnie Financiere du Grupe Michelin sebagai mitra strategisnya. Perusahaan ini juga mendirikan PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) untuk melayani permintaan produk petrokimia lebih baik lagi. Perseroan ini juga mendirikan PT Chandra Asri Perkasa sebagai kompleks petrokimia kedua.

Chandra Asri Petrochemical
https://www.chandra-asri.com/news

Berbagai ekspansi yang telah dilakukannya bertujuan untuk mempertahankan kepemimpinannya di pasar sekaligus berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan begitu, neraca perdagangan semakin meningkat. Tidak heran jika perusahaan ini berhasil salah satu perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia.

Sejarah Perkembangan dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk

Sejarah dari perusahaan ini bisa dilihat dari lahirnya PT Chandra Asri (CAPC) yang didirikan pada 6 Maret 1989. Perseroan ini ialah inisiasi dari sejumlah penguasa yakni Bambang Trihatmodjo, Prajogo Pangestu, Peter F. Gontha serta Henry Pribadi. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) lahir dengan visi memperkuat industri petrokimia yang ada di Indonesia khususnya pada impor produk petrokimia.

Visi yang dimiliki oleh Chandra Asri diharapkan mampu mengurangi pengeluaran devisa nasional serta mempermudah produksi dalam negeri. Perlu diketahui bahwa perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia pada era Orde Baru. Dengan proyek bernilai US$ 2 miliar, proyek ini mulai dikerjakan pada 11 Maret 1991.

Pada awalnya, pemerintah merasa bahwa proyek ini ialah proyek nasional. Maka dari itu, pemerintah memberikan kredit senilai US$ 550 juta dari Bank Bumi Daya. Namun, Tim Pengendalian Kredit Luar Negeri tidak menyetujui usulan pinjaman ini. Dengan begitu, proyek berhenti dikerjakan pada 10 Oktober 1991.

Proyek yang terhenti akhirnya dikerjakan kembali pada April 1992 dan menerima konversi Chandra Asri dari proyek PMN menjadi PMA. Adapun 4 pemegang sahamnya membangun Simene International Ltd dengan 65% saham dan Stallion International Ltd dengan 10% saham. Pada akhirnya, proyek Chandra Asri dibangun pada lahan seluas 120 hektar oleh Toyo engineering.

Pembangunan pertama kali yang selesai yaitu pabrik etilen tepatnya pada 31 Juli 1995. Lalu, dilanjutkan dengan industri LLDPE dan HDPE sehingga ketiga pabrik tersebut mulai beroperasi pada 4 Mei hingga 31 Juli 1995. Hal ini telah diresmikan oleh Presiden Soeharto dan hasil produksi pada tahun 1997 mencapai 507.810 ton etilen serta 433.000 propilena.

Untuk memperluas perusahaan, Chandra Asri berencana membangun pabrik aromatik pada tahun 1997. Sayangnya, jalan perusahaan ini memiliki lika-liku. Sebab, perusahaan ini hampir mengalami kebangutan pada 1995. Sehingga, pemerintah memberikan pajak impor propilen serta etilen sebanyak 20% untuk menolong industri dalam negeri pada Februari hingga Maret 1996.

Tidak sampai situ, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) juga mengalami kredit macet dan hutang sebesar US$ 1,3 miliar pada 1997-1997 dimana terjadinya pasca krisis ekonomi. Kurang lebih US$ 700 juta juga terutang pada beberapa perusahaan Jepang dan Marubeni. Untungnya, pemerintah turut membantu dengan meminta perusahaan Marubeni mengonversi hutangnya pada tahun 2000.

Akhirnya, US$ 412 juta hutang dikoneveri oleh BPPN menjadi 31% saham milik Chandra Asri sedangkan sisanya milik Prajogo. Sistem ini pun diubah pada 18 April 2001 dengan ditandainya Marubeni memperoleh 24% kepemilikan. Sementara itu, saham 75,73% milik BPPN. Pada awalnya, siswa hutang Marubeni direncanakan dibayar selama 15 tahun. Namun, kesepakatan berbuah dengan 24% Marubeni, 47% Prajogo, dan 29% milik BPPN.

Pada 2003, kepemilikan BPPN menghilang setelah dilepas ke investor asing. Saham Marubeni akhirnya pun dilepas ke Commerzbank pada 2005 dan menjualnya ke Temasek Holdings pada Januari 2006. Selain dimiliki Temasek sebesar 30%, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) juga dimiliki oleh Strategic Investment Holding sebesar 48,16%, 7,24% dimiliki oleh Marigold Resource, dan 14,6% oleh Perusahaan Prajogo di 2007.

Seiring berjalannya waktu, kondisi perusahaan Chandra Asri mulai menunjukkan perkembangannya. Hal ini ditandai dengan hasil produksinya pada tahun 2007 yang mencapai 520.000 etilena, 210.000 ton pyrolysis gasoline 280.000 propilena, serta 300.000 ton propilena. Bisa dibilang bahwa kapasitas produksi yang dihasilkan bertambah.

Prajogo pun kembali menjadi penguasa Chandra Asri pasca pembelian seluruh saham kecuali dari Temasek. Hal ini terjadi pada 26 oktober 2001 dengan PT Barito Pacific yang dimilikinya dengan saham yang dikuasai sebesar 70% atau seharga US$ 1 miliar. Adapun anak perusahaan yang dimilikinya yaitu PT PT Chandra Asri Perkasa, Redeco Petrolin Utama serta Chandra Asri Trading Company Pte. Ltd.

Itulah ulasan mengenai profil dan sejarah dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang perlu anda ketahui. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar ini memiliki sejarah yang penuh dengan lika-liku dan tantangannya tersendiri. Mulai dari penggabungan antara dua perusahaan, produk-produk yang dihasilkan, kredit macet, hingga peningkatan hasil produksi.

Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!

You may also like

Leave a Comment

-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00