Yup… Anda tidak salah baca. Profit 100% dalam 3 bulan, 6 bulan atau mungkin 1 tahun bisa saja Anda dapatkan di pasar saham. Tentunya bukan dari saham gorengan atau pompom, tapi yang memiliki histori fundamental cukup baik dengan analisa sederhana, logis dan mudah dipahami.
Naik Turun Harga Saham
Naik turunnya harga saham secara garis besar bisa disebabkan oleh 2 hal. Pertama karena adanya perubahan kinerja dan yang kedua adalah adanya isu/berita yang beredar setiap saat. Penyebab pertama tentu yang dijadikan acuan oleh investor.
Dalam jangka panjang perusahaan dengan kinerja baik tentu akan menghasilkan laba yang akan mendongkrak value perusahaan hingga dihargai lebih oleh pasar. Sedangkan penyebab kedua menjadi pemicu pergerakan harga saham jangka pendek walaupun kadang isu/berita tersebut belum jelas kebenarannya. Jadi, mari kita ambil alasan pertama yang lebih logis yaitu adanya perubahan kinerja.
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI)
Perusahaan ini bergerak di bidang perikanan, termasuk penangkapan, pengolahan, penjualan dan perdagangan produk perikanan. Tuna, udang, cumi, gurita dan semua jenis ikan laut merupakan hasil perikanan yang sebagian besar dijual ke luar negeri. Untuk mejalankan usahanya, perusahaan bermitra dengan nelayan yang memiliki kapal dengan mesin pembeku dan ruang pendingin untuk menjaga mutu hasil tangkapannya.
Saat Laporan Keuangan Q1 keluar tanggal 30 Juni 2021, Penulis melihat adanya kenaikan kinerja dari emiten ini. Laba usaha naik hampir 200%, laba bersih juga naik signifikan dari periode sebelumnya yang hanya Rp 23 Juta menjadi Rp 4 Miliar. Dengan harga sahamnya saat itu Rp 64/lembar saham maka PER DSFI hanya 7,2 yang secara sederhana setara return hampir 15%/tahun (100%/7,2 ≈ 15%). Hal ini yang membuat Penulis tertarik untuk mencari informasi lebih dalam terkait gambaran kinerja perusahaan di tahun sebelumnya.
Mengetahui Kinerja Historikal Dengan Membaca Annual Report
Terjadi penurunan Laba hingga mengalami kerugian Rp 5,8 Miliar pada laporan keuangan tahun 2020. Penulis menilai hal ini sebagai suatu yang wajar karena masih dalam masa pandemi. Lockdown di beberapa negara pasti langsung berdampak pada penjualan yang sebagian besar ke negara Amerika dan Eropa sehingga kinerja di tahun 2020 bisa diabaikan.
Mari kita fokus pada kinerja 2016-2019. Penjualan di tahun 2019 mengalami penurunan hampir mencapai 27% namun laba bersih hanya turun 2% saja. Rasa penasaran itu terjawab di Annual Report 2019, dimana perusahaan melakukan efisiensi dan fokus pada penjualan produk dengan marjin yang lebih baik.
DSFI Saham Turnaround?
Dari data-data diatas, bisa sedikit menyimpulkan bahwa DSFI di tahun 2020 mengalami kendala penjualan yang disebabkan oleh pandemi covid yang sifatnya sementara. Cepat atau lambat Penulis meyakini bahwa wabah covid akan berakhir dan ekonomi akan pulih kembali, begitupun dengan kinerja perusahaan yang ternyata hasilnya sudah bisa dibuktikan di Laporan Keuangan Q1. Namun hal itu belum cukup meyakinkan Penulis untuk langsung membeli saham DSFI.
Price to Earning Ratio (PER) berada di kisaran 15-21 (melalui aplikasi stockbit), sehingga harga wajar berada di kisaran Rp 134-186/lembar saham (didapat dari perkalian PER dengan 2,3 – EPS Laporan Keuangan Q1). Kita ambil harga terendah agar lebih konservatif yaitu Rp 134/lembar. Inilah yang akan menjadi target harga jual.
Dengan membandingkan harga saham saat itu sebesar Rp 64/lembar maka ada potensi kenaikan lebih dari 100% (1 bagger). Menarik, tapi masih ada hal lain yang harus diamati yaitu GCG (Good Corporate Governanve).
GCG Perusahaan bisa diamati dengan mengetahui siapa saja managementnya dan bagaimana mereka menjalankan perusahaan. Apakah mereka pernah memiliki catatan buruk atau apakah mereka orang yang kompeten di bidangnya? Hal tersebut bisa dicari salahsatunya dengan mengetik nama managementnya di google :). Singkatnya Penulis tidak menemukan GCGnya bermasalah dan kemudian membeli saham tersebut pada awal bulan Juli dengan average Rp 67/lembar saham.
Baca Juga : Value Trap, Saham dan Mobil Bekas
Focus On Value, Not On Price
Setelah selesai melakukan analisa kuantitatif dan kualitatif maka tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menunggu. Ya… Menunggu pasar mengapresiasi true valuenya, menunggu perusahaan mengadakan Public Expose atau Laporan Keuangan berikutnya.
Sambil menunggu, beberapa kali mencari informasi di website BPS (Badan Pusat Statistik) maupun KKP (kementrian Kelautan dan Perikanan) untuk mengetahui apakah industri perikanan di Indonesia sudah membaik dari tahun sebelumnya. Hindari terlalu sering mengamati grafik pergerakan harga saham karena justru bisa memicu untuk melakukan action-sell.
Sampai dengan pertengah bulan Agustus, rasanya tidak ada update informasi terkait DSFI. Mungkin karena DSFI tidak sepopuler BRIS/BUKA yang beritanya bisa muncul tiap hari di semua media elektronik. Ini bisa jadi hal positif agar Analisa kita tidak terombang-ambing isu yang beredar yang belum jelas kebenarannya.
Update Analisa Hasil Public Expose & Laporan Keuangan Q2
Pada akhir bulan Agustus, DSFI mengadakan Public Expose yang isinya menguatkan analisa sebelumnya. Management menyampaikan bahwa permintaan ekspor sudah meningkat dan optimis mencapai target angka penjualan tahun 2021 sebesar Rp 520 Miliar. Beberapa strategi ekspansi dilakukan diantaranya menggarap pasar baru di China dan Timur Tengah.
Dengan perhitungan matematis sederhana, dari data Q1 kita bisa prediksi nilai penjualan di Q2 dan Q4 2021 yang nilainya ternyata tidak jauh berbeda dari target management.
Tidak lama berselang, muncul Laporan Keuangan Q2 yang semuanya sejalan dengan analisa awal. Penjualan mencapai Rp 256 Miliar dengan laba bersih Rp 8M. Tidak 100% tepat namun cukup mendekati.
Terkait ekspansi yang disampaikan perusahaan saat Public Expose, kita tidak memiliki data yang cukup sehingga tidak memasukan faktor pertumbuhan pada analisa kuntitatif. Pada akhirnya kita hanya melakukan update analisa dari Laporan Keuangan Q2 yang nilainya tidak terlalu jauh berbeda (target harga jual konservatif masih Rp 134) dan kembali menunggu.
Pasar Mulai Mengapresiasi Kinerja DSFI
Tanpa diduga sebelumnya, pasar dengan cepat sekali mengapresiasi emiten ini. Setelah selama 2 bulan sideway di harga Rp 73/lembar, dalam 1 minggu melonjak hingga menyentuh harga Rp 141/lembar, kalau kita cicil DSFI dari sejak harga 70an mungkin kita bisa mendapat return 100% dari emiten ini kurang dari 3 bulan.
Saat ini harga saham DSFI bergerak di sekitar Rp 113-125 dan masih ada peluang untuk mencapai harga Rp 186 terutama bila kinerjanya terus tumbuh dengan inisiatif strategi ekspansi yang semua itu harus dibuktikan pada laporan keuangan kuartal selanjutnya. Namun dengan harganya saat ini MOS (Margin of Safety) sudah mulai berkurang sehingga peluang untuk turun semakin besar. DYOR.
Di Pasar Modal setiap tahun selalu saja ada kesempatan mendapatkan emiten turnaround yang menawarkan potensi return hingga 100% bahkan lebih dalam waktu singkat. Namun tentu saja tidak ada yang tahu pasti kapan harga akan diapresiasi oleh pasar. Pada prinsipnya, seorang investor harusnya memilih view jangka panjang dan mengangap satu contoh diatas hanya sebagai bonus atas pekerjaan rumah yang sudah dilakukan, dengan menganalisa mencari saham murah dan bagus.
Disclaimer : Artikel ini bersifat edukatif, tidak ada ajakan untuk menjual atau membeli. Analisa sederhana diatas tidak serta merta bisa digunakan pada semua emiten, bergantung pada bisnis model tiap perusahaan.