Upaya Mitratel dalam Pemerataan Akses Telekomunikasi di Indonesia – Akses yang merata terhadap internet dan jaringan telekomunikasi berkualitas tinggi masih menjadi tantangan utama di Indonesia. Data terkini dari survei APJII 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 57 juta penduduk Indonesia, terutama di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), masih belum tersambung ke internet.
Mitratel Kuasai 38.000 Menara
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, atau dikenal sebagai Mitratel (MTEL), memanfaatkan lebih dari 38.000 menara dan jaringan fiber optic sepanjang 37.000 kilometer untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor infrastruktur digital telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan ini berkomitmen untuk mempercepat pemerataan akses jaringan ke seluruh pelosok negeri, dengan fokus khusus pada wilayah Indonesia Timur. Wilayah ini dikenal memiliki potensi besar dalam hal pengembangan ekonomi digital, tetapi masih terkendala oleh keterbatasan infrastruktur.
Salah satu inovasi utama Mitratel adalah pengembangan Flying Tower System (FTS), sebuah teknologi pesawat tanpa awak bertenaga surya yang menggunakan platform High Altitude Platform Station (HAPS) dari AALTO HAPS Ltd., anak usaha Airbus. Teknologi ini dirancang untuk menyediakan konektivitas yang dapat diandalkan di daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur tradisional. Mitratel telah menjalin kemitraan strategis non-eksklusif dengan AALTO untuk memperluas konektivitas, termasuk memperkuat cakupan operator seluler (MNO).
Kerjasama Antara Mitratel dan AALTO
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko (Teddy), menyatakan, “Kerja sama antara Mitratel dan AALTO adalah langkah penting untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam menyediakan akses telekomunikasi berkualitas tinggi yang merata. Akses internet tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Dengan tersedianya akses internet yang lebih luas, potensi ekonomi digital seperti e-commerce dan layanan berbasis teknologi lainnya diharapkan dapat berkembang pesat.”
MTEL berkomitmen untuk mengembangkan jaringan di luar Pulau Jawa. Saat ini, 59% atau sekitar 22.607 menara MTEL berada di luar Jawa. Langkah ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk menangkap peluang ekspansi operator seluler. Pertumbuhan jumlah tenant di luar Jawa mencapai 8%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Jawa yang sebesar 6%. Tenancy ratio di luar Jawa juga menunjukkan peningkatan sebesar 2,3%, dibandingkan 1,6% di Jawa.
Upaya MTEL dalam memperkuat infrastruktur dan mendorong inovasi telah membuahkan hasil positif, yang terlihat dari kinerja perusahaan di semester I-2024. Pendapatan perusahaan mencapai Rp4,45 triliun, naik 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan laba bersih menembus angka Rp1 triliun. Peningkatan ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan strategi bisnis perusahaan tetapi juga kemampuan MTEL dalam beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan.
Kepercayaan industri terhadap MTEL semakin meningkat, mendorong perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis dan menjajaki peluang baru yang sejalan dengan strategi perusahaan. Mitratel berkomitmen untuk menjadi penyedia infrastruktur digital nomor satu di Asia-Pasifik (APAC), sebagaimana dinyatakan oleh Teddy. Pasar APAC dikenal sebagai salah satu wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam hal adopsi teknologi digital, menjadikan Mitratel berada dalam posisi strategis untuk memanfaatkan peluang ini.
MTEL mengadopsi model bisnis Economic Sharing, menawarkan solusi terpadu untuk kebutuhan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Model bisnis ini membantu operator seluler mengoptimalkan biaya operasional, yang berkontribusi pada pertumbuhan jumlah penyewa layanan Mitratel hingga mencapai 58.598 tenant, meningkat 7,1% year on year (YoY).
Peningkatan kepercayaan terhadap MTEL juga tercermin dalam laba sebelum pajak, bunga, dan amortisasi (EBITDA) yang mencapai Rp3,69 triliun pada periode Januari-Juni 2024, meningkat 10,2% dari tahun sebelumnya. Margin EBITDA juga meningkat menjadi 83,1% dari 81,2%, mencerminkan efisiensi perusahaan dalam skala bisnis yang lebih besar. Peningkatan ini juga mencerminkan efektivitas implementasi skema bisnis yang efisien dan optimalisasi proses bisnis internal melalui digitalisasi.
Keberhasilan bisnis MTEL dicapai dengan memprioritaskan prinsip keberlanjutan. Mitratel menerapkan sistem manajemen lingkungan bersertifikasi dan mengembangkan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai bagian dari upaya pengurangan emisi karbon, Mitratel menggunakan panel surya sebagai sumber energi alternatif untuk menara Base Transceiver Station (BTS) di lokasi off-grid. Langkah ini tidak hanya mengurangi jejak karbon perusahaan tetapi juga menekan biaya operasional jangka panjang.
Berkat inisiatif keberlanjutannya, MTEL meraih peringkat ESG Risk Rating yang lebih baik dengan skor 22,4, di atas rata-rata industri domestik dan global. “Komitmen kami terhadap ESG adalah bagian integral dari strategi jangka panjang Mitratel. Kami yakin bahwa dengan praktik terbaik dalam lingkungan, sosial, dan tata kelola, kami dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan serta masyarakat dan lingkungan,” tutup Teddy.
Dengan pendekatan strategis dan komitmen terhadap inovasi serta keberlanjutan, Mitratel siap untuk terus mendukung transformasi digital Indonesia, menghubungkan komunitas yang terisolasi, dan menciptakan dampak positif bagi perekonomian dan masyarakat secara keseluruhan.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!