Masih Pantas Surya Semesta (SSIA) Dilirik Investor?

by Minsya
11 minutes read

Saham property PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) nampaknya masih digadang-gadang menjadi salah satu saham yang menarik dari segi valuasi. Banyak saham-saham property yang memiliki valuasi cukup murah bahkan yang memiliki PBV di bawah 1 karena memang sektor ini belum pulih sejak tahun 2015-2016. Salah satunya pada investasi saham SSIA.

Kawasan industry residensial sempat menjadi katalis yang dianggap bisa membukukan pendapatan yang signifikan, namun hal tersbut nampaknya tidak terjadi pada Kawasan industry di Jakarta. Beberapa Kawasan Industri di luar Jakarta mampu menarik para investor dikarenakan biaya lahan dan tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan di Jakarta.

Sebagaimana dilansir oleh VP Investor Relation dari SSIA Erlin Budiman “PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mencatat penurunan permintaan atas kawasan industri di area Jakarta Raya sekitar 23,9% di kuartal II 2023”.

Lalu apakah hal tersebut masih menarik bagi emiten SSIA?

Investasi saham PT Surya Semesta Internusa (SSIA), merupakan salah satu saham perusahaan property yang memfokuskan kepada tiga lini bisnis antara lain konstruksi, Kawasan residential dan hospitality (hotel dan pusat perbelanjaan). Perusahaan ini didirikan di Jakarta pada tahun 1971.

Perusahaan ini dikenal sebagai inisiator awal Kawasan Kuningan, Jakarta. Pada era 70-an SSIA banyak membangun Kawasan residensial dan kantor di Kawasan Kuningan. Pada tahun 1976, PT Surya Semesta Internusa (SSIA) meresmikan Kawasan Plaza Glodok yang ditujukan untuk pusat perdagangan elektronik di Jakarta. Pada tahun 1983, SSIA ditujuk oleh pemerintah sebagai salah satu perusahaan yang membangun Kawasan hotel dan resort terintergrasi di Nusa Dua Bali, diamana pada saat itu Nusa Dua merupakan daerah yang terabaikan dan kumuh. Salah satu hotel yang dibangun pertama kali oleh SSIA adalah Hotel Melia Nusa Dua Bali.

Dalam perjalananya perusahaan ini mulai juga fokus di bidang konstruksi dengan mengakuisisi PT Nusa Cipta Raya (NRCA) pada tahun 1994 dan memutuskan untuk listing di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997.

Pada tahun 2014, SSIA mendapatkan izin untuk mengelola Kawasan industry dan residensial di Subang dan Karawang dengan luas sebesar 2000 hektar.

Hingga saat ini SSIA mengoperasikan berbagai lini bisnis antara lain:

  1. Kawasan Industri dan Properti: PT Surya Cipta Swadaya, PT TCP Internusa, PT Sitiagung Makmur
  2. Konstruksi: PT Nusa Raya Cipta (NRCA)
  3. Hospitality: PT Suryalaya Anindita Internasional, PT Ungasan Semesta Resort, PT Surya Internusa Hotels

Beberapa brand ini juga bernaung di bawah SSIA: Grand Melia Jakarta, Grand Melia Bali, Surya Cipta City, Subang Smartpolitan, dan BATIQA hotels.

Performance Keuangan SSIA Q2 2023

Berdasarkan laporan publikasi yang dirilis pada 8 Agustus 2023, PT Surya Semesta Internusa (SSIA) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 1,8 Triliun, dari segi pendapatan SSIA mengalami peningkatan sebesar 10,5% dari pendapatan di tahun Q2 2022.

Peningkatan pendapatan ini disokong dari tiga sektor yang selama ini menjadi pendukung dari PT Surya Semesta Internusa (SSIA) antara lain konstruksi, property residensial dan hospitality. Tercatat dari segi konstruksi PT Surya Semesta Internusa (SSIA) mengalami  kenaikan sebesar 7,2% dan membukukan kenaikan yang luar biasa dari sisi hospitality sebesar 122,3% YoY.

Berikut ini pendapatan dari SSIA per sektor dan perbandingannya secara YoY (Q2 2022 dan Q2 2023)

(Sumber Laporan Publikasi SSIA, 8 Agustus 2023)

Tercatat walaupun terjadi kenaikan pendapatan, dari segi bottom line SSIA mengalami kenaikan pendapatan operasional sebesar 54% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun hal ini perlu diwaspadai karena dari sisi net income SSIA mengalami penurunan sebesar -164% yang disebabkan oleh turunya comprehensive income.

Berikut ini analisa pendapatan per segmen dari PT Surya Semesta Internusa (SSIA) dan perbandingannya secara YoY (Q2 2022 dan Q2 2023)

(Sumber Laporan Publikasi SSIA, 8 Agustus 2023)

Tercatat dari segi revenue pendapatan dari anak perusahaan konstruksi yakni NRCA masih mendominasi sebesar 65% pendapatan, lalu dari sisi margin (gross profit) sumbangsih terbesar datang dari sektor hospitality dengan gross profit margin (GPM) sebesar 63%. Terlihat memang dari segi property dan Kawasan industry mengalami penurunan baik dari segi pendapatan maupun GPM.

Proyeksi Pendapatan dari Properti dan Lahan Industri

Berdasarkan public expose dari PT Surya Semesta Internusa (SSIA), terlihat bahwa perusahaan memberikan proyeksi yang cukup positif untuk pendapatan dari property dan lahan industry dengan beberapa indikator sebagai berikut:

  • Investasi saham SSIA akan memfokuskan pada perkembangan property di Kawasan penunjang Jabodetabek yakni Subang dan Karawang dengan membangun Subang Smartpolitan yang terintegrasi dengan system transportasi terpadu seperti LRT, KRL dan Kereta Cepat.
  • Subang Smartpolitan diproyeksikan akan memiliki direct access ke bandara dan Pelabuhan strategis seperti Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati.
Surya Semesta
(Sumber: SSIA Investor relation report Q2 2023, business plan)

Valuasi dan Kesimpulan

Terakhir kita akan mengambil kesimpulan dari sisi valuasi, berdasarkan valuasi maka PT Surya Semesta Internusa (SSIA) ini memiliki valuasi yang cukup menarik dari nilai buku dan PBV dengan BVPS sebesar Rp 804 dengan harga pasar per 23 Oktober sebesar Rp 426. Selain itu SSIA memiliki PBV sebesar 0,5x. Namun dari sisi PER, SSIA masih memiliki PER -19x hal ini terjadi karena secara net profit SSIA masih membukukan kerugian.

Namun jika beberapa plan kedepan berjalan dengan lancar khususnya pada pembangunan Kawasan industry, maka SSIA akan memiliki proyeksi yang sangat baik dan akan mengalahkan revenue dari konstruksi dan GPM dari hospitality.

Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!

You may also like

Leave a Comment

-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00