Situasi pandemi memperparah bisnis retail. Mall dan pusat perbelanjaan terpaksa harus ditutup untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Tak heran, di tahun 2020 dan Q1 2021 Ramayana membukukan rugi bersih di laporan keuangannya. Memasuki Q2 tahun 2021, Ramayana sudah kembali membukukan laba bersih. Lalu, bagaimana Ramayana bisa survive di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan pandemi ini?
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (kode emiten: RALS) merupakan perusahaan ritel yang bergerak di bidang department store yang menyediakan produk pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris serta supermarket yang menawarkan produk peralatan rumah tangga, elektronik, makanan, minuman dan produk segar. Namun ditahun 2018, RALS telah menutup bisnis supermarketnya yang bekerjasama dengan SPAR.
Selama bertahun-tahun, RALS telah fokus melayani pelanggan dari segmen ekonomi kebawah, yang merupakan bagian terbesar masyarakat Indonesia. RALS tidak hanya hadir di pusat kota besar, namun juga di kota kecil diseluruh Indonesia. Seringkali Ramayana merupakan tempat belanja modern pertama dan utama di kota setempat. Hingga Juni 2021, total ada 102 gerai RALS yang tersebar di 63 kota dari pulau Sumatera hingga Papua.
Bisnis Model
Secara umum, bisnis retail memiliki model bisnis yang sederhana. Retailer membeli pasokan barang jadi dari wholesaler (pembeli jumlah besar) atau langsung dari pabrikan. Kemudian, dijual langsung ke konsumen akhir. RALS meyewa tempat-tempat yang cukup strategis untuk menjual barang-barang tersebut.
Dengan suppliernya RALS mempunyai 2 perjanjian dalam penjualan, yaitu penjualan putus dan konsinyasi. Penjualan putus berarti RALS membeli barang dari supliernya dan barang tersebut menjadi tanggungjawab RALS bila barang tidak laku terjual. Sedangkan penjualan konsinyasi ibaratnya supplier ini nitip jualkan di lapak RALS. Kemudian, RALS akan mendapatkan komisi dari setiap barang supplier yang laku. Sisa barang yang tidak laku kemudian dikembalikan ke supplier.
Ramayana Prime – Hasil Transformasi Ramayana
RALS yang sebelumnya fokus di segmen kelas C dan D (bawah), saat ini sedang menjajal segmen baru di kelas B (menengah ke atas). Ramayana mendesain ulang beberapa konsep gerainya lebih premium yang kemudian dinamakan Ramayana Prime. Ramayana Prime ini mirip seperti mall kecil atau plaza yang mana didalamnya tidak hanya ada gerai Ramayana saja, namun juga ada brand-brand terkenal seperti KFC, Pizza Hut, Hokben, Solaria, Ace Hardware, XXI untuk menarik traffic pengunjung. Dengan konsep ini, mereka juga akan mendapatkan uang sewa dari pemilik brand yang berjualan di area mall kecil mereka. Hingga tahun 2019, total sudah ada 5 Ramayana Prime. Manajemen sendiri menargetkan RALS akan mempunyai 20 Ramayana Prime.
Pada tahun 2017, pendapatan sewa sudah mulai berkontribusi untuk RALS. Hal ini bisa kita lihat di catatan kaki laporan keuangan perusahaan.
Merambah Penjualan Online
Semenjak kehadiran e-commerce di Indonesia, RALS seperti didorong untuk mengadopsi teknologi (digitalisasi). Sejak tahun 2016, RALS mulai membuka penjualan melalui website resminya dan marketplace Tokopedia. Di tahun berikutnya, RALS juga membuka toko online di Lazada, Shopee, JD.ID dan Blibli. Saat ini penjualan online belum berkontribusi besar terhadap pendapatan RALS. Sampai dengan bulan Juni 2020, penjualan online berkontribusi sebesar 0,4% dari total penjualan, naik 0,2% dari tahun 2019.
Selain membuka official store online di banyak marketplace, RALS juga meluncurkan member card apps dan pemesanan lewat Whatsapp. Ini sebagai upaya RALS untuk lebih dekat dan memberikan apresiasi lebih kepada para pelanggan setianya. Para pelanggan yang menggunakan aplikasi ini tentunya akan mendapat berbagai keuntungan seperti pengantaran barang langsung ke alamat pelanggan, kemudahan bertransaksi, belanja praktis dengan poin, promo dan diskon ekslusif khusus member di seluruh merchant RALS, promo cash back, serta info flash sale dengan harga termurah yang diadakan setiap hari.
Kinerja Kuantitatif
Lalu, bagaimana kinerja kuantitatif RALS? Mari kita mulai dengan melihat grafik pendapatan dana laba bersih dibawah.
Pendapatan RALS dari tahun 2012 sampai 2020 sebenarnya cukup stagnan. Ini dikarenakan penambahan gerai RALS yang kurang efektif dan malahan ada yang kurang produktif. Namun, laba bersihnya mulai tahun 2017 – 2020 mulai meningkat karena kontribusi pendapatan sewa dari Ramayana Prime.
Bisnis yang kelihatan sederhana tapi dapat memberikan keuntungan yang lebih besar daripada yang rumit. RALS adalah contohnya. Terlihat dari angka ROE dan ROIC selalu diatas 10% (kecuali di 2020 karena pandemi). Rasio ROIC-nya bahkan lebih tinggi dari ROE-nya. Mengapa? Karena bisnis retail ini tidak memerlukan modal yang banyak seperti bisnis manufaktur, konstruksi dan infrastruktur, namun tetap bisa menghasilkan kas yang besar. Tinggal bagaimana perusahaan bisa memutar persediaannya dengan cepat dan efektif.
Tidak heran jika kita melihat di bagian neraca perusahaan, kas yang dimiliki oleh RALS sangatlah melimpah. Sehingga sebagian kasnya ada yang ditempatkan di deposito. Namun, ada sisi buruk ketika kas yang tersedia tidak digunakan dengan efektif. Ratio perputaran asset terus mengalami penurunan sehingga pelan-pelan akan menurunkan juga nilai ROE dan ROIC.
Hingga saat ini, RALS merupakan salah satu dari sekian emiten yang tidak memiliki hutang ke bank. Kas yang melimpah hasil dari operasi bisnis menyebabkan RALS tidak perlu menambah resiko keuangan mereka dengan mengambil pinjaman.
Selain itu, RALS ini juga menjadi emiten yang cukup rajin bagi deviden dengan DPR (Devidend Payout Ratio) rata-rata 50 – 60%.
Valuasi
Pada tanggal 9 Agustus 2021, harga penutupan RALS berada diangka 630. Harga RALS sendiri sudah jatuh lebih dari 50% dari harga sebelum pandemi. Tercatat PBV 1,2 kali dan PER 16 kali jika menggunakan data terakhir (annualized). RALS saat ini diperdagangkan di dekat harga terendahnya, sehingga menarik untuk masuk watchlist para investor.
Dengan asumsi harga sekarang jika nanti RALS membagikan dividen ke level sebelum pandemi, maka deviden yield yang didapat sekitar 8%.
Apakah tertarik membeli saham RALS?
Jika anda punya saran, masukkan dan ide mengenai series analisa fundamental emiten, silahkan tulis di kolom komentar.
Jangan lupa cek saham kamu di : https://syariahsaham.id/cek-saham-syariah/