PT Harum Energy (HRUM) nampaknya mulai aktif kembali melakukan diversifikasi bisnis. Lantaran pada periode September-November 2023, HRUM masih dalam proses melakukan pembelian atau “chip in” pada perusahaan-perusahaan di luar batubara dengan porsi terbesarnya di bisnis Nikel. Apakah ini tanda PT Harum Energy sedang merealisasikan diversifikasi bisnis batubaranya?
Sektor Properti dan Prospek di 2024
Sektor property merupakan salah satu sektor yang banyak di tunggu oleh para investor untuk kembali bangkit. Dengan harapan kinerja yang juga turnaround.
Hal itu cukup beralasan, mengingat sejak tahun 2014 sektor property masih mengalami penurunan. Bahkan belum menjadi sektor yang direkomendasikan oleh para investor.
Situasi itu, cukup memicu datangnya harapan ketika “history repeat itself” hampir terjadi di awal tahun 2023. Saat itu banyak analis yang menganggap bahwa sektor properti akan mengalami turnaround di sepanjang tahun 2023.
Namun sepertinya itu hanya terjadi di kuartal II-2023, akibat dampak “purchasing power” yang tinggi. Kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan harga-harga komoditas yang terjadi di tahun 2022. Sangat disayangkan, setelahnya emiten-emiten properti kembali lesu. Berikut ini pergerakan saham dari IDXPROPERTY dalam setahun terakhir:

Tahun 2023 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi sektor property, meskipun sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan masa-masa pandemic.
Adapun beberapa tantangan yang dihadapi sektor property antara lain, adalah kondisi kenaikan interest rate global dan penguatan USD yang disebabkan global instability. Hal itu membuat Bank Indonesia menaikan suku bunga pada Oktober 2023 kemarin.

Sayangnya, kenaikan suku bunga itu memukul kinerja sektor properti. Lantaran hal itu akan sangat memengaruhi bunga kredit KPR yang menjadi semakin tinggi.
Namun di waktu yang sama, pemerintah juga menawarkan insentif berupa penghapusan PPN pembelian rumah. Di mana nantinya, PPN rumah baru seharga di bawah Rp2 miliar akan ditanggung pemerintah 100% yang berlaku hingga Juni 2024. Akan tetapi, setelahnya pemerintah hanya menanggung PPN sebesar 50% saja.
Adanya PPN pembelian rumah tersebut, tentu menjadi stimulus bagi sektor properti di tahun 2024 nanti.
Ditambah lagi dengan potensi penurunan suku bunga The Fed yang dinilai sudah mencapai puncaknya. Sehingga diperkirakan tahun 2024 nanti The Fed akan menurunkan suku bunga.

Sinyal penurunan suku bunga dari The Fed, juga menjadi angin segar bagi membaiknya sektor properti. Namun hal ini nampaknya akan mulai terasa pada kuartal III – kuartal IV 2024 mendatang. Tentunya selepas pelaksanaan pemilu tahun depan selesai.
Harga Saham CTRA VS Kompetitor
Lantas bagaimanakah dengan kondisi pergerakan harga saham CTRA dibandingkan dengan para kompetitornya?
Dalam hal ini, Penulis membuat analisa rebasing return atau imbal hasil harga saham selama satu tahun terakhir, yang dibandingkan dengan saham-saham lain: CTRA, SMRA, PWON dan BSDE.
Dengan pertimbangan keempat saham tersebut, memfokuskan pada sektor yang sama yakni hunian resedensial. Berikut ini perbandingannya:

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa Ciputra Group (CTRA) menghasilkan kenaikan harga paling besar selama setahun terakhir. Ya, Ciputra Group (CTRA) mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 13.86%. Disusul kemudian, BSDE dengan kenaikan harga saham 11.89%.
Lalu dua emiten lain, justru mengalami penurunan harga saham yakni SMRA sebesar -3.94% dan PWON sebesar -10.88%.
Pergerakan harga saham di atas, secara tidak langsung telah membuat CTRA menjadi saham property dengan return terbaik selama satu tahun terakhir.
Kinerja Fundamental CTRA
Berikut ini analisa singkat dari laporan laba rugi Ciputra Group (CTRA) per kuartal III-2023:

Ciputra Group (CTRA) mencatatkan penurunan pendapatan sekitar -8.85% YoY menjadi sebesar Rp6.59 triliun per kuartal III-2023. Turun dari Rp 7.23 triliun pada periode sama tahun 2022.
Dari data di atas, terlihat bahwa CTRA bukan hanya mencatatkan penurunan pendapatan. Namun juga mencatatkan kenaikan beban umun dan administrasi dari Rp956.4 miliar di kuartal III-2022, naik menjadi Rp1.02 triliun per kuartal III-2023. Ditambah dengan kenaikan beban keuangan dari Rp779.6 miliar di kuartal III-2022, naik menjadi Rp870.2 miliar per kuartal III-2023.
Adapun jika kita lakukan breakdown pada pos Pendapatan neto, terlihat ada pos penjualan kavling, rumah hunian dan ruko yang turun dengan proporsi terbesar sekitar -17.48% YoY. Berikut ini rinciannya:

Selain itu, juga ada kenaikan beban umum sekitar 7%, di mana terdapat kenaikan beban upah dan penyusutan. Berikut rinciannya:

Terakhir, adanya kenaikan pada beban keuangan sebesar 11.68% YoY, dari sebelumnya -Rp779.6 miliar di kuartal III-2022, jadi lebih dalam hingga -Rp870.2 miliar pada kuartal III-2023.

Dengan melihat beban keuangan di atas, dapat diketahui bahwa naiknya beban keuangan Ciputra Group (CTRA) bukan karena utang berbunga. Melainkan disebabkan oleh liabilitas kontrak yang berdampak signifikan.
Liabilitas kontrak tersebut membuat Ciputra Group (CTRA) cukup berisiko. Di mana jika gagal bayar, maka CTRA harus mengembalikan dana KPR dan juga membayar bunga. Hal itu lah yang membuat Ciputra Group (CTRA) ada pencatatan beban keuangan.
Dari ketiga sebab di atas, tidak heran jika di kuartal III-2023 CTRA mencatatkan penurunan kinerja pendapatan dan juga berimbas pada turunnya laba bersih sekitar -22.36% YoY:

Selain itu, juga ada kenaikan beban umum sekitar 7%, di mana terdapat kenaikan beban upah dan penyusutan. Berikut rinciannya:
Kesimpulan
Jadi, secara overall tidak ada yang perlu diwaspadai dari laporan turunnya pendapatan dan juga laba Ciputra Group (CTRA) di kuartal III-2023. Sebaliknya penurunan kinerja yang terjadi adalah hal yang wajar.
Terlepas dari hasil kinerja kuartal III-2023, CTRA masih memiliki potensi kenaikan pendapatan di tahun 2024 mendatang. Hal ini berkenaan dengan rencana diaplikasikannya kebijakan pemerintah yang akan melakukan penghapusan PPN di 2024, dan juga potensi turunnya suku bunga. Cukup menjadi katalis positif bagi pulihnya kinerja CTRA. Meskipun nantinya akan terlihat di kuartal III – kuartal IV 2024 mendatang
Dari sisi valuasi, saat ini saham CTRA sedang diperdagangkan pada harga 1160 an. Dengan rasio PBV sebesar 1.10x dan PER sebesar 13.65x. Namun dengan kinerja keuangan yang sedang menurun, maka bisa dikatakan bahwa CTRA sedang ada di valuasi fair value.
Nah, menurut teman-teman investor bagaimana pandangan kalian mengenai kinerja CTRA dan prospeknya di tahun mendatang?
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!