Rasio solvabilitas sangat bermanfaat untuk menilai kesehatan keuangan sebuah perusahaan dan mengukur seberapa besar kemampuannya dalam melunasi utang. Rasio ini berguna bagi investor maupun entitas yang tertarik melakukan kegiatan keuangan. Untuk mengetahuinya rasio solvabilitas lebih dalam, simak penjelasan di bawah ini.
Solvency ratio atau rasio solvabilitas ialah rasio yang dapat menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar utang serta liabilitas. Kegiatan analisis ini dapat diperoleh dari pemanfaatan jaminan modal atau aset apa saja yang dimilikinya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Macam-macam Rasio Solvabilitas
1. Debt Ratio
Jenis debt ratio ialah rasio yang digunakan untuk menilai kapasitas perusahaan sesuai dengan besaran utang agar dapat membiayai aset. Dengan ini, total semua aset yang dimiliki perusahaan dengan uangnya akan diperbandingkan. Rasio ini juga membantu anda dalam memperoleh kredit batu dengan agunan aktiva untuk menambah modal.
Semakin besar debt rasio, maka semakin terjamin jaminan kreditur dalam jangka panjang. Dengan begitu, solvabilitas perusahaan dalam kondisi baik. Adapun rumusnya yaitu total uang dibagi total aset. Jika total aset perusahaan Rp 1 miliar dan total kewajiban Rp 250 juta, maka debt ratio yang dimiliki 0,25 atau 4 kali lebih besar daripada kewajibannya. Sehingga, perusahaan dapat melunasi utangnya.
2. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio ialah perbandingan utang dan ekuitas berupa nilai uang untuk membandingkan ekuitas dan liabilitas. Dalam artian, pinjaman sebaiknya tidak melebihi modal karena dapat membuat kewajiban yang ditanggung perusahaan tidak bertambah. Semakin rendah nilai DER, maka semakin baik solvabilitas perusahaan dalam menjamin hutangnya.
Rumus rasio solvabilitas DER yaitu total hutang dibagi ekuitas dikali 100%. Misalnya, perusahaan A memiliki total utang sebesar Rp 1.480.893 serta ekuitas perusahaan sebesar 4.168.930. Dalam hal ini, maka rasio DER nya adalah 36%. Perlu diketahui angka DER yang kurang atau setara 1 memiliki kondisi yang sehat tetapi jika melebihi 200% maka resikonya tinggi.
3. Times Interest Earned Ratio
Times Interest Earned Ratio ialah perbandingan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban bunganya di masa depan. Ukuran ini dilakukan dengan membandingkan keuntungan sebelum pajak dan bunga dengan biaya bunga. Semakin besar nilainya, maka semakin tinggi kapabilitas perusahaan membayar bunga.
Rumus dari interest coverage ratio yaitu laba sebelum pembayaran pajak dan bunga dibagi beban bunga lalu dikali 100%. Hasilnya itulah menunjukkan seberapa besar perusahaan membayar biaya bunga tambahan. Rasio ini juga menunjukkan berapa kali pembayaran beban bunga dikeluarkan dengan laba sebelum dikurangi pajak.
Jika rasionya 5 kali maka penghasilan perusahaan bisa digunakan untuk membayar total beban bunga hingga 5 kali lipat atau bisa dinilai bahwa pendapatan perusahaan 5 kali lebih besar daripada biaya beban bunga tahunan. Pada umumnya, kreditor cenderung lebih memilih perusahaan yang memiliki TIE tinggi karena solvabilitasnya yang cukup bagus.
Pentingkah Rasio Solvabilitas
Ada banyak manfaat yang diperoleh dari menggunakan rasio solvabilitas. Dengan ini, anda mengetahui gambaran status serta performa perusahaan yang dapat dilihat dari pemberi hutang. Kesanggupan perusahaan dalam melunasi hutangnya juga bisa dievaluasi dengan mudah. Sehingga, anda bisa menilai perusahaan berdasarkan aktiva yang dibiayai utang.
Rasio solvabilitas juga cukup penting dalam memberikan penilaian mengenai tingkat pengaruh utang dari manajemen aset atau aktivanya, penilaian nilai dana utang saat ditagih atau jatuh tempo hingga nilai jaminan utang jangka panjang terhadap modalnya. Sehingga, tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan bisa dikenali.
Selain itu, perusahaan harus mengevaluasi dengan rasio likuiditas untuk mendapatkan gambaran kapabilitas perusahaan dalam melunasi kewajiban hutangnya. Biasanya, analisis solvabilitas digabung dengan current ratio dan growth ratio. Semakin kecil nilai persentase solvabilitas, maka semakin tinggi risiko perusahaan. Bahkan, perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan.
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai rasio solvabilitas besar masih belum bisa dipastikan lancar dalam membayar utangnya. Sehingga, sangat penting bagi investor dalam memahami cara menghitung rasionya dari emiten. Dengan begitu, investor dapat memilih perusahaan yang tidak beresiko bangkrut, fundamental kuat dan membawa keuntungan.
Suka dengan artikel ini? Yuk sharing ke temen-temen kamu ya. Semoga bermanfaat!